Page 119 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 119
TEK Pusaka Nusantara
menjalankan tradisi Kejawen, terutama untuk sesajen bersih desa, Nyadran
atau bersih makam, bersih-bersih sumber air, ritual di ladang dan di sawah
waktu mulai menanam atau panen, sesaji mau mendirikan rumah, sesaji
menjelang pelaksanaan hajatan pernikahan yang hidup di masyarakat
Temanggung dan Wonosobo.
Demikian juga dalam tradisi Kejawen, ketika seseorang berkunjung ke
paranormal baik untuk kepentingan konsultasi, meminta pertolongan untuk
menyelesaikan suatu persoalan maupun kepentingan berobat selalu
membawa rokok kretek (kebanyakan bermerk Sukun atau Gudang Garam
Merah maupun rokok kretek non filter lain). Hal-hal yang diungkapkan oleh
oleh Muladi ini juga dibenarkan oleh kelima responden petani tembakau
lain, baik yang berasal dari daerah Temanggung maupun Wonosobo yang
ditemui field researcher. Untuk daerah yang tradisi Kejawennya sudah
melemah dan kuat tradisi Islam NU-nya, Suroso dan Tri Wendianto juga
mengisahkan tradisi datang berkunjung ke Kyai di Wonosobo dan
Temanggung ada tradisi membawa oleh-oleh yang salah satunya berupa
rokok kretek pabrikan, manakala Kyai yang didatangi adalah perokok kretek,
baik filter maupun non filter.
Selain itu, diungkapkan juga oleh Muladi, bahwa ada tradisi di Desa
Gunung Gempol (juga di banyak perdesaan di wilayah Temanggungg
lainnya) di setiap lebaran hari Raya Iedul Fitri anak-anak dan remaja laki-
laki biasa dibelikan rokok oleh orang tuanya masing-masing, atau setidak-
tidak dibiarkan atau diberi kebebasan merokok selama seminggu. Sekali pun
misalnya orang tua mereka tidak membelikan rokok, namun anak-anak dan
remaja laki-laki membeli rokok sendiri, mengunakan uang dari hasil
pemberian keluarga dan keluarga besar, yang biasa menjalankan tradisi
memberikan uang jajan/saku untuk anak-anak dan remaja saat lebaran.
Tradisi ini dapat dimaknai sebagai ungkapan luapan kegembiraan dan
kebahagian menyambut lebaran dan kebebasan setelah sebulan berpuasa,
sehingga anak yang belum cukup umur pun mendapatkan kebebasan
merokok selama seminggu perayaan lebaran. Suratman membenarkan
penuturan Muladi ini, ketika kepadanya ditanyakan seandainya orang tua
tidak membelikan rokok pada waktu lebaran bagaimana? menurut
penuturannya: “….ya nggak bisa karena ini sudah merupakan tradisi leluhur
yang sudah berjalan lama turun-menurun.” Berbeda dari pemaparan dua
110
menjalankan tradisi Kejawen, terutama untuk sesajen bersih desa, Nyadran
atau bersih makam, bersih-bersih sumber air, ritual di ladang dan di sawah
waktu mulai menanam atau panen, sesaji mau mendirikan rumah, sesaji
menjelang pelaksanaan hajatan pernikahan yang hidup di masyarakat
Temanggung dan Wonosobo.
Demikian juga dalam tradisi Kejawen, ketika seseorang berkunjung ke
paranormal baik untuk kepentingan konsultasi, meminta pertolongan untuk
menyelesaikan suatu persoalan maupun kepentingan berobat selalu
membawa rokok kretek (kebanyakan bermerk Sukun atau Gudang Garam
Merah maupun rokok kretek non filter lain). Hal-hal yang diungkapkan oleh
oleh Muladi ini juga dibenarkan oleh kelima responden petani tembakau
lain, baik yang berasal dari daerah Temanggung maupun Wonosobo yang
ditemui field researcher. Untuk daerah yang tradisi Kejawennya sudah
melemah dan kuat tradisi Islam NU-nya, Suroso dan Tri Wendianto juga
mengisahkan tradisi datang berkunjung ke Kyai di Wonosobo dan
Temanggung ada tradisi membawa oleh-oleh yang salah satunya berupa
rokok kretek pabrikan, manakala Kyai yang didatangi adalah perokok kretek,
baik filter maupun non filter.
Selain itu, diungkapkan juga oleh Muladi, bahwa ada tradisi di Desa
Gunung Gempol (juga di banyak perdesaan di wilayah Temanggungg
lainnya) di setiap lebaran hari Raya Iedul Fitri anak-anak dan remaja laki-
laki biasa dibelikan rokok oleh orang tuanya masing-masing, atau setidak-
tidak dibiarkan atau diberi kebebasan merokok selama seminggu. Sekali pun
misalnya orang tua mereka tidak membelikan rokok, namun anak-anak dan
remaja laki-laki membeli rokok sendiri, mengunakan uang dari hasil
pemberian keluarga dan keluarga besar, yang biasa menjalankan tradisi
memberikan uang jajan/saku untuk anak-anak dan remaja saat lebaran.
Tradisi ini dapat dimaknai sebagai ungkapan luapan kegembiraan dan
kebahagian menyambut lebaran dan kebebasan setelah sebulan berpuasa,
sehingga anak yang belum cukup umur pun mendapatkan kebebasan
merokok selama seminggu perayaan lebaran. Suratman membenarkan
penuturan Muladi ini, ketika kepadanya ditanyakan seandainya orang tua
tidak membelikan rokok pada waktu lebaran bagaimana? menurut
penuturannya: “….ya nggak bisa karena ini sudah merupakan tradisi leluhur
yang sudah berjalan lama turun-menurun.” Berbeda dari pemaparan dua
110

