Page 121 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 121
TEK Pusaka Nusantara

diungkapkan oleh Suratman, dengan mengutip pesan dari Ibu-Bapak dan
Nenek-Kakeknya, bahwa tembakau --dan rokok kretek—itu ‘tomboku’
(bahasa Jawa= obatku). Tembakau dan tentu juga saja rokok kretek dianggap
sebagai jamu atau obat (herbal). Keyakinan ini dipegang teguh oleh
Suratman dan 4 petani tembakau yang lainnya. Mungkin keyakinan
Suratman ini didasarkan pada fakta bahwa dengan merokok orang tidak
cepat lelah, semanggat kerja tinggi, menenangkan pikiran dan membuat
orang bisa menahan lapar sewaktu bekerja keras mencangkul mengolah
lahan di sawah, maupun di ladang/tegalan, apalagi bekerja di tegalan lereng
Gunung Sindoro,Sumbing, Perahu dan dieng yang kebanyakan lahannya
dalam posisi kemiringan 45 derajat sampai 60-an derajat, yang tentu saja
membutuhkan energi, tenaga, kekuatan dan stamina yang tinggi. Pada
kenyataan yang diungkapkan oleh empat responden lain, bahwa mereka
ketika bekerja mengolah lahan pertanian para petani laki-laki (juga banyak
petani perempuan, yang rata-rata umurnya di atas 50-an tahun) lain di daerah
2 Kabupaten ini kebanyakan juga mengambil waktu istirah menjedai kerja
sambil merokok atau bahkan banyak yang kerja ladang sambil merokok.
Konon menurut mereka kalau tidak merokok cepat merasa energinya habis,
tenaga loyo, cepat capek/lelah, semangat kerja kurang dan cepat lapar.

Dalam kaitannya tembakau sebagai “tomboku”, Suroto bahkan
memiliki kisah menarik, yang perlu diteliti lebih lanjut secara medis. Konon
kisah yang dituturkan oleh Suroto sebagai berikut: ada salah satu adik
kandungnya perempuan, yang pernah menderita penyakit kanker payudara
ganas, sampai sebelah payudaranya sudah membusuk bernanah dan lubang.
Sudah diobatkan secara medis ke puskesmas dan rumah sakit maupun
berobat alternative namun tidak sembuh. Suatu hari, karena tidak tega
melihat penderitaan dan mendengar teriakan karena sakit si Ibu, pihak
keluarga mencoba mengobati payudaranya dengan tembakau. Caranya:
tembakau direndam air hangat lalu dikepal dibulatkan dan dimasukkan
dalam payudara yang lubang tersebut. Seketika, setelah itu, si penderita
pingsan, tak sadarkan diri beberapa saat. Anehnya setelah siuman kembali,
dia mengatakan bahwa rasa sakit, nyeri dan panas (teng kremot dalam
bahasa Jawa Temanggungan) di payudaranya hilang. Sejak itu, tiap hari si
pasien diobati dengan tembakau secara rutin (ditelateni, dalam bahasa Jawa
Temanggung) hasilnya mengejutkan, payudara yang luka bernanah,

112
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126