Page 115 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 115
TEK Pusaka Nusantara
barang tentu tidak akan mencukupi untuk biaya hidup selama satu tahun
untuk keluarga besarnya. Belum lagi adanya kenyataan, bahwa Jagung
tersebut menjadi bahan makanan pokok penduduk, dus artinya tidak
mungkin untuk dijual. Jagung itu lalu dipipil dan dijemur. Setelah kering,
jagung digiling lembut lalu dikukus sampai matang. Setelah matang dijemur
sampai kering lalu dimasukkan dalam karung plastik dan ditimbun untuk
persediaan makanan pokok selama 1 tahun berjalan. Nasi jagung kering itu
kalau mau dimasak lagi, direndam, dicuci dengan air dingin lalu dikukus
setengah matang, diangkat dan direndam air panas lalu dimasak kembali
sampai matang siap makan.
Masih melanjutkan tuturannya, menurut Suroto motif ekonomilah
yang menjadi alasan utama petani menanam tembakau, yakni karena
hasilnya yang sangat besar. Dia menjelaskan dengan gambaran perbandingan
bahwa dulu bapaknya memiliki lahan 4 Ha. Sebelum dibagi sebagai warisan,
ketika mengenal kopi, 2 Ha. ditanami kopi 2 Ha. lainnya ditanami tembakau,
hasilnya lebih banyak yang ditanami tembakau. Suroto juga menjelaskan
bahwa terjadi penyempitan penguasaan tanah karena adanya pembagian
tanah warisan ke anak-anaknya, 4 Ha tanah milik bapaknya dibagikan
kepada dia 7 bersaudara, sehingga masing-masing orang hanya mendapatkan
0,5 Ha. Dia sendiri memiliki lahan seluas setara 5000 are atau setengah Ha.,
yang nantinya akan di bagi kepada lima orang anaknya. Saat ini tanah
setengah Ha itu kalau ditanami tembakau hasilnya mampu untuk menghidupi
dirinya bersama istri, kelima orang anaknya beserta anak istri masing-
masing. Dia yakin kalau seandainya lahannya itu ditanami palawija pasti
tidak akan sanggup menopang kebutuhan ekonomi keluarga besarnya.
Apalagi kalau lahan itu suatu saat nantinya makin sempit setelah dibagikan
sebagai hak waris kepada anak-anaknya. Di pinggiran lahan miliknya itu
juga ditanami kopi, tetapi terdapat fluktuasi hasil, menurutnya hasilnya tiap
tahun tidak tentu baik dan banyak, karena kopi sangat tergantung pada
klimatologi, panas matahari, curah hujan, kelembaban udara dan angin yang
sangat menentukan manakala kopi sedang berbunga dan siap menjadi putik
buah. Hal ini diperparah lagi oleh harga kopi yang juga fluktuatif. Suroto
memberikan gambaran kasar harga tembakau sebelum ada gejolak
pembatasan dan pengendalian rokok kretek dan tembakau; pada tahun 2011
setiap satu keranjang tembakau laku terjual 2,5 juta Rupiah, kalau misalnya
106
barang tentu tidak akan mencukupi untuk biaya hidup selama satu tahun
untuk keluarga besarnya. Belum lagi adanya kenyataan, bahwa Jagung
tersebut menjadi bahan makanan pokok penduduk, dus artinya tidak
mungkin untuk dijual. Jagung itu lalu dipipil dan dijemur. Setelah kering,
jagung digiling lembut lalu dikukus sampai matang. Setelah matang dijemur
sampai kering lalu dimasukkan dalam karung plastik dan ditimbun untuk
persediaan makanan pokok selama 1 tahun berjalan. Nasi jagung kering itu
kalau mau dimasak lagi, direndam, dicuci dengan air dingin lalu dikukus
setengah matang, diangkat dan direndam air panas lalu dimasak kembali
sampai matang siap makan.
Masih melanjutkan tuturannya, menurut Suroto motif ekonomilah
yang menjadi alasan utama petani menanam tembakau, yakni karena
hasilnya yang sangat besar. Dia menjelaskan dengan gambaran perbandingan
bahwa dulu bapaknya memiliki lahan 4 Ha. Sebelum dibagi sebagai warisan,
ketika mengenal kopi, 2 Ha. ditanami kopi 2 Ha. lainnya ditanami tembakau,
hasilnya lebih banyak yang ditanami tembakau. Suroto juga menjelaskan
bahwa terjadi penyempitan penguasaan tanah karena adanya pembagian
tanah warisan ke anak-anaknya, 4 Ha tanah milik bapaknya dibagikan
kepada dia 7 bersaudara, sehingga masing-masing orang hanya mendapatkan
0,5 Ha. Dia sendiri memiliki lahan seluas setara 5000 are atau setengah Ha.,
yang nantinya akan di bagi kepada lima orang anaknya. Saat ini tanah
setengah Ha itu kalau ditanami tembakau hasilnya mampu untuk menghidupi
dirinya bersama istri, kelima orang anaknya beserta anak istri masing-
masing. Dia yakin kalau seandainya lahannya itu ditanami palawija pasti
tidak akan sanggup menopang kebutuhan ekonomi keluarga besarnya.
Apalagi kalau lahan itu suatu saat nantinya makin sempit setelah dibagikan
sebagai hak waris kepada anak-anaknya. Di pinggiran lahan miliknya itu
juga ditanami kopi, tetapi terdapat fluktuasi hasil, menurutnya hasilnya tiap
tahun tidak tentu baik dan banyak, karena kopi sangat tergantung pada
klimatologi, panas matahari, curah hujan, kelembaban udara dan angin yang
sangat menentukan manakala kopi sedang berbunga dan siap menjadi putik
buah. Hal ini diperparah lagi oleh harga kopi yang juga fluktuatif. Suroto
memberikan gambaran kasar harga tembakau sebelum ada gejolak
pembatasan dan pengendalian rokok kretek dan tembakau; pada tahun 2011
setiap satu keranjang tembakau laku terjual 2,5 juta Rupiah, kalau misalnya
106

