Page 113 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 113
TEK Pusaka Nusantara
tetap terlihat gagah dan ganteng. Soal hubungan rokok dengan tradisi yang
berlaku seperti perdukunan, Pram memiliki pendapat yang menarik:
“Kalau dalam tradisi perdukunan, rokok kretek hilang, bisa jadi
profesi itu hilang. Bapak ibu saya penganut Kejawen. Untuk sesaji, di Jawa
ada istilah Geblak, peringatan meninggalnya leluhur, memberikan sesaji
dengan rokok dan kopi. Jika rokok kretek hilang, maka sebuah tradisi akan
hilang.”
Ia menambahkan jika orang Indonesia kerap mencari dukun. Meski tak
pernah bertandang ke dukun, Pram mendengar bahwa orang yang pergi ke
dukun biasanya membawa rokok kretek. Bahkan ada rokok merek tertentu
yang memiliki konotasi sebagai “rokok dukun” (Gudang Garam
Merah/Hijau untuk kalangan bawah, dan Dji Dam Soe untuk kalangan
berada).
5.4.4. Provinsi Jawa Tengah
Sejarah Panjang Agriculture Tembakau di Temanggung dan Wonosobo
Para petani tembakau di kedua Kabupaten, Temanggung dan
Wonosobo secara keseluruhan merupakan pelanjut tradisi menanam
tembakau yang sudah berakar kuat di keluarga besar mereka masing-masing.
Rata-rata mereka menyebut bertani tembakau adalah tradisi turun-menurun
dari nenek moyang mereka. Suroto misalnya mengisahkan, bahwa kira-kira
sejak sekitaran 1891, saat masih di jaman Pemerintahan Kolonial Hindia
Belanda, ketika itu Kakeknya menjadi Lurah/Kepala Desa di desa Tretep,
sudah merupakan petani tembakau. Kakeknya sendiri merupakan penerus
tradisi menanam tembakau dari Kakek Buyutnya dan seterusnya. Sejak kecil
dia ikut membantu Bapaknya yang melanjutkan tradisi menanam tembakau,
yang sudah dilakukan keluarga besarnya, meskipun dia sendiri baru benar-
benar berkecimpung menjadi petani tembakau sejak tahun 1939-an. Hal
senada juga diungkapkan oleh responden lain, seperti Suratman, Tri
Wendianto, Suroso dan Muladi, yang juga mengatakan bahwa menanam
tembakau adalah tradisi lama keluarga mereka dan masyarakat di
Temanggung dan Wonosobo, terutama di daerah sekitaran wilayah gunung
Sindoro, Sumbing, Perahu dan di dataran tinggi Wonosobo di lereng
gunung Dieng, walaupun mereka tidak bisa menjelaskan sejarah tradisi
104
tetap terlihat gagah dan ganteng. Soal hubungan rokok dengan tradisi yang
berlaku seperti perdukunan, Pram memiliki pendapat yang menarik:
“Kalau dalam tradisi perdukunan, rokok kretek hilang, bisa jadi
profesi itu hilang. Bapak ibu saya penganut Kejawen. Untuk sesaji, di Jawa
ada istilah Geblak, peringatan meninggalnya leluhur, memberikan sesaji
dengan rokok dan kopi. Jika rokok kretek hilang, maka sebuah tradisi akan
hilang.”
Ia menambahkan jika orang Indonesia kerap mencari dukun. Meski tak
pernah bertandang ke dukun, Pram mendengar bahwa orang yang pergi ke
dukun biasanya membawa rokok kretek. Bahkan ada rokok merek tertentu
yang memiliki konotasi sebagai “rokok dukun” (Gudang Garam
Merah/Hijau untuk kalangan bawah, dan Dji Dam Soe untuk kalangan
berada).
5.4.4. Provinsi Jawa Tengah
Sejarah Panjang Agriculture Tembakau di Temanggung dan Wonosobo
Para petani tembakau di kedua Kabupaten, Temanggung dan
Wonosobo secara keseluruhan merupakan pelanjut tradisi menanam
tembakau yang sudah berakar kuat di keluarga besar mereka masing-masing.
Rata-rata mereka menyebut bertani tembakau adalah tradisi turun-menurun
dari nenek moyang mereka. Suroto misalnya mengisahkan, bahwa kira-kira
sejak sekitaran 1891, saat masih di jaman Pemerintahan Kolonial Hindia
Belanda, ketika itu Kakeknya menjadi Lurah/Kepala Desa di desa Tretep,
sudah merupakan petani tembakau. Kakeknya sendiri merupakan penerus
tradisi menanam tembakau dari Kakek Buyutnya dan seterusnya. Sejak kecil
dia ikut membantu Bapaknya yang melanjutkan tradisi menanam tembakau,
yang sudah dilakukan keluarga besarnya, meskipun dia sendiri baru benar-
benar berkecimpung menjadi petani tembakau sejak tahun 1939-an. Hal
senada juga diungkapkan oleh responden lain, seperti Suratman, Tri
Wendianto, Suroso dan Muladi, yang juga mengatakan bahwa menanam
tembakau adalah tradisi lama keluarga mereka dan masyarakat di
Temanggung dan Wonosobo, terutama di daerah sekitaran wilayah gunung
Sindoro, Sumbing, Perahu dan di dataran tinggi Wonosobo di lereng
gunung Dieng, walaupun mereka tidak bisa menjelaskan sejarah tradisi
104

