Page 111 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 111
TEK Pusaka Nusantara
Terkait soal rokok dan tradisi masyarakat dalam konteks rokok
sebagai media solusi masalah oleh paranormal atau dukun, mereka
berpendapat kurang lebih sama. Kebiasaan mendatangi seorang dukun atau
paranormal kerap terjadi di pedesaan. “Pasien” yang datang bisa dari
berbagai kalangan, bukan hanya orang miskin saja. Ada semacam ritual
“Pasuguhan” dalam adat Sunda ritual tersebut membutuhkan rokok kretek,
bukan yang lain, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Namun tak semua
paranormal atau dukun menggunakan rokok sebagai media. Hilangnya rokok
kretek di pasaran, mungkin masih memberikan ruang bagi para dukun untuk
tetap bisa eksis.
Selain Sumedang dan Bandung, sampel responden konsumen rokok di
Jawa Barat juga diambil di dua Kota lain: Bogor dan Depok. Ali, Katino,
Koko, dan Pram adalah responden di Kota Depok. Sementara Kusnadi,
seorang pekerja bengkel mobil adalah warga Kota Bogor. Wawancara
dilakukan selama beberapa hari, mulai Minggu (10/02), Senin (11/02), dan
Selasa (12/02).
Pada Senin (11/02), wawancara kepada seorang karyawan swasta di
Depok, Mas Pram, 39 tahun. Ia mengaku aktif merokok sejak usia SMP
Kelas 3. Sama seperti konsumen lainnya, awalnya Pram hanya ingin coba-
coba. Namun setelah cukup lama merokok, ia menyadari bahwa rokok
memiliki fungsi lain, yaitu sebaga alat pergaulan antarteman. Terutama
tempat tinggalnya terletak di sebuah perkampungan pinggiran, rokok
menjadi alat yang mempertemukan orang-orang yang tak ia kenal menjadi
rekan dekat.
Menurutnya, rokok kretek bukanlah sekedar barang dagangan, namun
ia menjadi sebuah produk kebudayaan. Wajar jika rokok identik dengan
ritus-ritus keseharian masyarakat Indonesia. Pram tak setuju jika rokok
kretek tiba-tiba hilang atau sengaja dihilangkan.
“Di hajatan-hajatan, jagong bayi, melekan nikahan, selalu ada rokok.
Saya tidak setuju jika rokok kretek dihilangkan, rokok kretek menjadi bagian
dari sejarah dan kebudayaan kita. Di dunia ini hanya dikenal tiga istilah
yang berhubungan dengan rokok. Pertama Gupta (India), Cerutu atau
Gabanos (Spanyol), dan Kretek (Indonesia). Kalau kretek dihilangkan,
berarti kosakata kita ada yang hilang.”
102
Terkait soal rokok dan tradisi masyarakat dalam konteks rokok
sebagai media solusi masalah oleh paranormal atau dukun, mereka
berpendapat kurang lebih sama. Kebiasaan mendatangi seorang dukun atau
paranormal kerap terjadi di pedesaan. “Pasien” yang datang bisa dari
berbagai kalangan, bukan hanya orang miskin saja. Ada semacam ritual
“Pasuguhan” dalam adat Sunda ritual tersebut membutuhkan rokok kretek,
bukan yang lain, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Namun tak semua
paranormal atau dukun menggunakan rokok sebagai media. Hilangnya rokok
kretek di pasaran, mungkin masih memberikan ruang bagi para dukun untuk
tetap bisa eksis.
Selain Sumedang dan Bandung, sampel responden konsumen rokok di
Jawa Barat juga diambil di dua Kota lain: Bogor dan Depok. Ali, Katino,
Koko, dan Pram adalah responden di Kota Depok. Sementara Kusnadi,
seorang pekerja bengkel mobil adalah warga Kota Bogor. Wawancara
dilakukan selama beberapa hari, mulai Minggu (10/02), Senin (11/02), dan
Selasa (12/02).
Pada Senin (11/02), wawancara kepada seorang karyawan swasta di
Depok, Mas Pram, 39 tahun. Ia mengaku aktif merokok sejak usia SMP
Kelas 3. Sama seperti konsumen lainnya, awalnya Pram hanya ingin coba-
coba. Namun setelah cukup lama merokok, ia menyadari bahwa rokok
memiliki fungsi lain, yaitu sebaga alat pergaulan antarteman. Terutama
tempat tinggalnya terletak di sebuah perkampungan pinggiran, rokok
menjadi alat yang mempertemukan orang-orang yang tak ia kenal menjadi
rekan dekat.
Menurutnya, rokok kretek bukanlah sekedar barang dagangan, namun
ia menjadi sebuah produk kebudayaan. Wajar jika rokok identik dengan
ritus-ritus keseharian masyarakat Indonesia. Pram tak setuju jika rokok
kretek tiba-tiba hilang atau sengaja dihilangkan.
“Di hajatan-hajatan, jagong bayi, melekan nikahan, selalu ada rokok.
Saya tidak setuju jika rokok kretek dihilangkan, rokok kretek menjadi bagian
dari sejarah dan kebudayaan kita. Di dunia ini hanya dikenal tiga istilah
yang berhubungan dengan rokok. Pertama Gupta (India), Cerutu atau
Gabanos (Spanyol), dan Kretek (Indonesia). Kalau kretek dihilangkan,
berarti kosakata kita ada yang hilang.”
102

