Page 106 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 106
KRETEK Pusaka Nusantara
lembaran tembakau itu di halaman rumah masing-masing. Daun-daun
tembakau yang sudah dirajang, diolah dengan cermat, dijemur dengan suhu
sedang –tak lembab juga tak terlampau kering– disusun berjajar di atas
puluhan anyaman bambu seukuran 60 cm x 50 cm.
Pengerajin tembakau pertama yang kami temui adalah Mang Ujang.
Waktu kami temui, Mang Ujang sedang berada di rumahnya. Pria 57 tahun
itu menjadi pengerajin tembakau sedari 1980an. Sebagai pengerajin
tembakau, ia sangat jarang untuk menanam tembakau sendiri. Dengan modal
sekitar Rp. 3.5 juta, mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 500 ribu dalam
sebulan.
Saat ditanya soal rokok yang menjadi bagian dari tradisi masyarakat
Pasigaran, ia berpendapat, akan terasa aneh dan sepi jika di dalam setiap
acara hajatan tak lagi ada rokok kretek. Ia sedikit tahu soal larangan
merokok di tempat-tempat tertentu. Namun selama ini ia tak pernah dilarang
merokok. Sewaktu di rumah, sesekali ia merokok di luar ruangan.
Mang Ujang tak setuju adanya larangan merokok. Ia merasa terlanggar
haknya jika ada larangan merokok. Sedari usia 20 tahun sampai saat ini,
Mang Ujang mengaku tak pernah mengalami keluhan ataupun gangguan
kesehatan. Djarum Coklat adalah rokok favoritnya selain Tembakau
Beureum. Saat ini ia jarang merokok, karena cukup menjadi beban
keuangan.
“bako jenisnya teh ada dua rupi, istilahna bako wetan, bako bodas,
bako daerah urang mah bako beureum. Bentenna di bibit.”
Mengenai proses membuat tembakau murni, dari menyeleksi daun
sampai menjadi tembakau siap saji, setidaknya membutuhkan waktu satu
bulan. Selama bergelut dengan daun-daun tembakau, Mang Ujang mengaku
telah terbiasa, dan menganggap tak berpengaruh kepada kesehatannya.
Mungkin berbeda dengan orang yang mengolah Tembakau Bodas yang biasa
dicampur dengan saus rokok dan bahan-bahan kimia lain. Tembakau
Beureum adalah tembakau murni dan terkenal karena kemurniannya.
Mang Ujang cukup gelisah jika nanti rokok kretek ataupun tembakau
menjadi berkurang peminatnya. Semasa muda, selain bertani, Mang Ujang
juga memiliki keahlian menjadi tukang bangunan. Jika nanti ia mesti
berhenti menjadi pengerajin tembakau, mungkin ia akan mencari cara untuk
menyewa lahan milik desa, kemudian ia tanami palawija dan sayuran.
97
lembaran tembakau itu di halaman rumah masing-masing. Daun-daun
tembakau yang sudah dirajang, diolah dengan cermat, dijemur dengan suhu
sedang –tak lembab juga tak terlampau kering– disusun berjajar di atas
puluhan anyaman bambu seukuran 60 cm x 50 cm.
Pengerajin tembakau pertama yang kami temui adalah Mang Ujang.
Waktu kami temui, Mang Ujang sedang berada di rumahnya. Pria 57 tahun
itu menjadi pengerajin tembakau sedari 1980an. Sebagai pengerajin
tembakau, ia sangat jarang untuk menanam tembakau sendiri. Dengan modal
sekitar Rp. 3.5 juta, mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 500 ribu dalam
sebulan.
Saat ditanya soal rokok yang menjadi bagian dari tradisi masyarakat
Pasigaran, ia berpendapat, akan terasa aneh dan sepi jika di dalam setiap
acara hajatan tak lagi ada rokok kretek. Ia sedikit tahu soal larangan
merokok di tempat-tempat tertentu. Namun selama ini ia tak pernah dilarang
merokok. Sewaktu di rumah, sesekali ia merokok di luar ruangan.
Mang Ujang tak setuju adanya larangan merokok. Ia merasa terlanggar
haknya jika ada larangan merokok. Sedari usia 20 tahun sampai saat ini,
Mang Ujang mengaku tak pernah mengalami keluhan ataupun gangguan
kesehatan. Djarum Coklat adalah rokok favoritnya selain Tembakau
Beureum. Saat ini ia jarang merokok, karena cukup menjadi beban
keuangan.
“bako jenisnya teh ada dua rupi, istilahna bako wetan, bako bodas,
bako daerah urang mah bako beureum. Bentenna di bibit.”
Mengenai proses membuat tembakau murni, dari menyeleksi daun
sampai menjadi tembakau siap saji, setidaknya membutuhkan waktu satu
bulan. Selama bergelut dengan daun-daun tembakau, Mang Ujang mengaku
telah terbiasa, dan menganggap tak berpengaruh kepada kesehatannya.
Mungkin berbeda dengan orang yang mengolah Tembakau Bodas yang biasa
dicampur dengan saus rokok dan bahan-bahan kimia lain. Tembakau
Beureum adalah tembakau murni dan terkenal karena kemurniannya.
Mang Ujang cukup gelisah jika nanti rokok kretek ataupun tembakau
menjadi berkurang peminatnya. Semasa muda, selain bertani, Mang Ujang
juga memiliki keahlian menjadi tukang bangunan. Jika nanti ia mesti
berhenti menjadi pengerajin tembakau, mungkin ia akan mencari cara untuk
menyewa lahan milik desa, kemudian ia tanami palawija dan sayuran.
97

