Page 107 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 107
TEK Pusaka Nusantara
Sebagai tambahan, ia mungkin akan bekerja ke luar daerah sebagai buruh
bangunan.
Setelah merasa cukup, kami berdua melanjutkan untuk menemui
beberapa pengerajin tembakau lainnya. Menurut Mang Ujang, rata-rata
warga berprofesi sebagai pengerajin tembakau, dan tak sulit menemukan
mereka di lingkungan kampung. Tak jauh dari kediaman Mang Ujang, kami
pun segera mendapati banyak halaman-halaman rumah yang penuh dengan
jemuran tembakau. Jelas mereka adalah para pengerajin.
Akhirnya kami berdua tiba di sebuah rumah yang kami anggap milik
seorang pengerajin tembakau. Hal itu terlihat dari tumpukan anyaman
bambu di belakang rumah. Awalnya kami kira, tempat itu adalah sisi depan
rumah. Ternyata sisi depan digunakan pemiliknya untuk membuka warung
kelontong. Sementara di belakang untuk menyimpan peralatan dan
tembakau.
Seorang pria berperawakan kurus
keluar dari dalam rumah. Ia mengenakan ikat
kepala khas Sunda. Senyum simpul
tersungging bersama ajakannya untuk masuk
ke dalam rumah. Namanya Mang Momod.
Nampaknya ia tak sendiri, beberapa orang
rekannya satu-persatu keluar dari bagian
dalam ruangan, menuju tempat kami bertiga
duduk meriung. Mereka adalah Mulyadi,
Suryana, dan Pak Yuyu Wahyudi. Orang-
Mang Momod dan tembakau murni orang yang kami jumpai di kediaman Mang
Pasigaran, Kec. Tanjungsari,
Momod adalah para pengerajin tembakau asli
Sumedang Pasigaran.
Menurut keterangan mereka, saat ini
Pasigaran menjadi satu-satunya desa di Tanjungsari yang warganya
mayoritas bekerja sebagai pengerajin tembakau. Tak seperti desa sebelah,
dulu menjadi pusat pengerajin tembakau di Sumedang, namun sekarang
tinggal enam orang pengerajin yang tersisa. Menurut Pak Yuyu, Pasigaran
tengah mengalami situasi yang cukup ironis. Alam yang indah dan tanah
yang subur, nampaknya tak mampu menyembunyikan krisis yang sedang
terjadi.
98
Sebagai tambahan, ia mungkin akan bekerja ke luar daerah sebagai buruh
bangunan.
Setelah merasa cukup, kami berdua melanjutkan untuk menemui
beberapa pengerajin tembakau lainnya. Menurut Mang Ujang, rata-rata
warga berprofesi sebagai pengerajin tembakau, dan tak sulit menemukan
mereka di lingkungan kampung. Tak jauh dari kediaman Mang Ujang, kami
pun segera mendapati banyak halaman-halaman rumah yang penuh dengan
jemuran tembakau. Jelas mereka adalah para pengerajin.
Akhirnya kami berdua tiba di sebuah rumah yang kami anggap milik
seorang pengerajin tembakau. Hal itu terlihat dari tumpukan anyaman
bambu di belakang rumah. Awalnya kami kira, tempat itu adalah sisi depan
rumah. Ternyata sisi depan digunakan pemiliknya untuk membuka warung
kelontong. Sementara di belakang untuk menyimpan peralatan dan
tembakau.
Seorang pria berperawakan kurus
keluar dari dalam rumah. Ia mengenakan ikat
kepala khas Sunda. Senyum simpul
tersungging bersama ajakannya untuk masuk
ke dalam rumah. Namanya Mang Momod.
Nampaknya ia tak sendiri, beberapa orang
rekannya satu-persatu keluar dari bagian
dalam ruangan, menuju tempat kami bertiga
duduk meriung. Mereka adalah Mulyadi,
Suryana, dan Pak Yuyu Wahyudi. Orang-
Mang Momod dan tembakau murni orang yang kami jumpai di kediaman Mang
Pasigaran, Kec. Tanjungsari,
Momod adalah para pengerajin tembakau asli
Sumedang Pasigaran.
Menurut keterangan mereka, saat ini
Pasigaran menjadi satu-satunya desa di Tanjungsari yang warganya
mayoritas bekerja sebagai pengerajin tembakau. Tak seperti desa sebelah,
dulu menjadi pusat pengerajin tembakau di Sumedang, namun sekarang
tinggal enam orang pengerajin yang tersisa. Menurut Pak Yuyu, Pasigaran
tengah mengalami situasi yang cukup ironis. Alam yang indah dan tanah
yang subur, nampaknya tak mampu menyembunyikan krisis yang sedang
terjadi.
98

