Page 108 - Ironi Cukai Tembakau
P. 108
bakau omprongan dengan kualitas yang baik. Ketua Kelompok
Tani di Janapriya, Lombok Tengah, menyampaikan bahwa oven
dengan bahan bakar minyak tanah sangat menguntungkan petani
tembakau omprongan di Lombok. “Kalau dulu, minyak tanah
stoknya banyak dan harganya murah, karena harga subsidi...
[sehingga] petani pemilik oven tembakau sangat terbantu”, ujarnya.
Selain itu, menurutnya, tenaga kerja untuk menunggui oven
berbahan bakar minyak tanah cukup satu orang, sementara dengan
menggunakan kayu, tungku batu bara atau cangkang sawit, biaya
untuk tenaga kerja penjaga oven bisa dua atau tiga kali lipat. Dengan
bahan bakar minyak tanah, hasil tembakau yang diasapi lebih
bermutu, karena suhu oven bisa dengan mudah diatur—berbeda
dengan oven yang menggunakan bahan bakar lain.104 Menurut
Iskandar, kebutuhan terbesar bagi petani tembakau Virginia di pulau
Lombok adalah untuk bahan bakar oven tembakau, misalnya jika
dibandingkan dengan pupuk maupun modal tanam.105
Akibatnya, banyak tungku bantuan DBH-CHT yang tidak terpakai,
bahkan dijual sebagai barang bekas. Lalu Gunawan, Ketua Kelompok
Tani Desa Semaya, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, menceritakan,
“petani tidak didampingi dalam penggunaan tungku batubara,
sehingga hasilnya gagal dan tidak ekonomis”.106 Akhirnya, para
petani segera beralih ke kayu bakar yang justru berpotensi merusak
lingkungan dengan penebangan liar. Alternatifnya, ada yang
menggunakan cangkang sawit atau kulit kemiri sebagai bahan bakar.
Kebijakan pemerintah daerah pada tahun 2011 dan 2012 mencoba
menjawab masalah ini, sehingga pemanfaatan DBH-CHT untuk
petani berbelok ke pemberian hibah. Namun penyaluran hibah
104 Wawancara Sabarudin, Ketua Kelompok Tani Janapriya Lombok Tengah, 9
Februari 2013.
105 Wawancara Iskandar, Purchasing Manager PT Djarum, 5 Februari 2013.
106 Wawancara Lalu Gunawan, Ketua Kelompok Tani Desa Semaya, Kecamatan
Sikur, Lombok Timur, 6 Februari 2013, di Sikur.
90 | IRONI CUKAI TEMBAKAU
Tani di Janapriya, Lombok Tengah, menyampaikan bahwa oven
dengan bahan bakar minyak tanah sangat menguntungkan petani
tembakau omprongan di Lombok. “Kalau dulu, minyak tanah
stoknya banyak dan harganya murah, karena harga subsidi...
[sehingga] petani pemilik oven tembakau sangat terbantu”, ujarnya.
Selain itu, menurutnya, tenaga kerja untuk menunggui oven
berbahan bakar minyak tanah cukup satu orang, sementara dengan
menggunakan kayu, tungku batu bara atau cangkang sawit, biaya
untuk tenaga kerja penjaga oven bisa dua atau tiga kali lipat. Dengan
bahan bakar minyak tanah, hasil tembakau yang diasapi lebih
bermutu, karena suhu oven bisa dengan mudah diatur—berbeda
dengan oven yang menggunakan bahan bakar lain.104 Menurut
Iskandar, kebutuhan terbesar bagi petani tembakau Virginia di pulau
Lombok adalah untuk bahan bakar oven tembakau, misalnya jika
dibandingkan dengan pupuk maupun modal tanam.105
Akibatnya, banyak tungku bantuan DBH-CHT yang tidak terpakai,
bahkan dijual sebagai barang bekas. Lalu Gunawan, Ketua Kelompok
Tani Desa Semaya, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, menceritakan,
“petani tidak didampingi dalam penggunaan tungku batubara,
sehingga hasilnya gagal dan tidak ekonomis”.106 Akhirnya, para
petani segera beralih ke kayu bakar yang justru berpotensi merusak
lingkungan dengan penebangan liar. Alternatifnya, ada yang
menggunakan cangkang sawit atau kulit kemiri sebagai bahan bakar.
Kebijakan pemerintah daerah pada tahun 2011 dan 2012 mencoba
menjawab masalah ini, sehingga pemanfaatan DBH-CHT untuk
petani berbelok ke pemberian hibah. Namun penyaluran hibah
104 Wawancara Sabarudin, Ketua Kelompok Tani Janapriya Lombok Tengah, 9
Februari 2013.
105 Wawancara Iskandar, Purchasing Manager PT Djarum, 5 Februari 2013.
106 Wawancara Lalu Gunawan, Ketua Kelompok Tani Desa Semaya, Kecamatan
Sikur, Lombok Timur, 6 Februari 2013, di Sikur.
90 | IRONI CUKAI TEMBAKAU

