Page 50 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 50
KRETEK Pusaka Nusantara

pada tahun 1924 baru ada sekitar 35 pabrik, maka pada tahun 1928 sudah
ada 50, kemudian pada tahun 1933 jumlahnya sudah mencapai 269 pabrik.

Sebelum tahun 1928, rokok kretek hampir seluruhnya menggunakan
pembungkus dari kulit jagung kering (klobot). Sedangkan rokok kretek
dengan pembungkus kertas baru muncul tahun 1928. Dengan pembungkus
berbahan kertas tersebut, memungkinkan digunakannya alat pelinting dalam
produksinya. Kretek yang dibungkus klobot, adalah khas Indonesia. Meski
di masa sekarang, rokok berfilter buatan mesin sudah memenuhi pasar,
kretek berbungkus klobot masih tetap diproduksi dan dikosumsi, khususnya
bagi masyarakat pedesaan di Jawa. Salah satu pabrik besar yang masih
memproduksi kretek berbungkus klobot adalah Gudang Garam di Kediri.

Sementara para produsen rokok kretek sibuk dengan pengembangan
usahanya di dalam negeri (khususnya Jawa dan sebagian Sumatera), pada
awal abad XX produsen rokok (putih) Eropa dan Amerika telah mampu
menjual produksi mereka ke berbagai tempat di luar negaranya, termasuk
Indonesia (d/h Hindia –Belanda). Pada tahun 1923, rokok putih yang
diimpor oleh Indonesia diperkirakan sudah mencapai sejuta batang.

Masyarakat kita kerap memahami kretek sebatas rokok yang tidak
memakai filter (busa). Sampai dasawarsa 1970-an, kretek masih dianggap
sebagai konsumsi kalangan bawah. Ditinjau dari asal kata dan bunyi yang
ditimbulkannya, yang membedakan kretek dengan jenis rokok lain adalah
kandungan cengkeh dan unsur rempah alamiah di dalamnya. Bila rokok
putih yang berasal dari Barat, hanya mengandung tembakau, kretek
merupakan produk hasil racikan tembakau dengan potongan cengkeh, serta
tambahan saus. Racikan seperti inilah yang menjadikan rokok kretek
memiliki rasa dan aroma yang berbeda dari jenis sigaret lain.

Tradisi yang juga khas dalam menikmati sebatang kretek adalah
dengan cara mengolesi kopi. Kebiasaan mengolesi kretek dengan ampas
seduhan kopi ini masih mudah ditemukan di pedesaan, yang dipercaya
menambah aroma kopi pada cita rasa kretek. Di Rembang (tetangga Kudus)
misalnya, banyak warga sangat trampil “mengukir” batang kretek dengan
ampas kopi, sebagai kriya kesenian rakyat.

Dalam sebatang kretek bisa terkandung belasan jenis tembakau dari
seluruh pelosok Indonesia. Mulai era 1970-an , varian kretek telah
berkembang dan memunculkan bentuk-bentuk kretek baru, yang

41
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55