Page 45 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 45
TEK Pusaka Nusantara
nama menjadi cultuurstelsel atau lebih mudah dipahami dengan istilah tanam
paksa pada tahun 1830. Beleid itu berbunyi: semua tanah di negeri Hindia
Belanda adalah milik Raja atau pemerintah kolonial, Sehingga semua rakyat
yang mendiaminya wajib membayar pajak tanah sebesar 2/5 hasil buminya.
Selain hal tersebut di atas, masih ada berbagai aturan yang
menyengsarakan kaum petani saat itu, seperti keharusan menanam sepertiga
luas tanah yang dimiliki dengan tanaman-tanaman ekspor tembakau, selain
seperti kopi, teh, tebu dan nira. Seluruh hasil panennya harus diserahkan
kepada pemerintah kolonial. Dalam waktu singkat perkebunan-perkebunan
tembakau merebak di beberapa wilayah di pulau Jawa bagian barat seperti di
wilayah Bogor, Priangan, dan Cirebon. Sedangkan di bagian timur pulau
berada di Kediri, Madiun, Surabaya dan Madura. Di luar pulau Jawa,
tembakau ekspor juga ditanam di Ternate, kepulauan Kei, Makian, Buru,
Seram, Ambon Saparua dan pulau Bali yang dalam kurun waktu dua puluh
tahun kemudian pada 1850 menjadi lahan eksportir tembakau utama.
Budidaya tembakau cukup berhasil dipaksakan di Klaten, Jember, Besuki
dan terutama di Rembang. Bibit dari luar negeri seperti jenis Havana dan
Maryland untuk ekspor ke Eropa berhasil ditanam di Distrik Jetis (sekarang
Muntilan dan Temanggung) dan Probolinggo. Namun uniknya, perkebunan
tembakau terbaik di dunia berorientasi ekspor berhasil dilakukan di Deli,
Sumatera Utara setelah tanam Paksa berakhir pada tahun 1863. Tembakau
telah menjadi sumber utama pendapatan pemerintah Hindia Belanda pada
akhir abad ke 19. Pada abad selanjutnya yaitu abad ke 20 dan awal abad ke
21 ini, praktis, hasil perkebunan tembakau di Indonesia hanya cukup untuk
kebutuhan domestik, yaitu industri rokok kretek!
4.3. Pasang Surut Cengkeh, Saus Utama Kretek
Cengkeh (syzygium Aromaticum) sebagai rempah utama yang
menjadikan rokok kretek berbeda dengan rokok putih, adalah tanaman asli
nusantara yang telah merubah sejarah peradaban dunia. Cengkeh telah
dikenal ribuan tahun sebelum masehi pada masa kerajaan Romawi Kuno,
sebagai bahan berkhasiat bagi kesehatan seperti pengawet makanan serta
sebagai bahan bagi terapi bagi penyakit jantung telah berniai ekonomis
tinggi. Hal ini kemudian yang mendorong Vasco Da Gama, penjelajah
legendaris dari Portugis mengelilingi dunia untuk menemukannya dan
36
nama menjadi cultuurstelsel atau lebih mudah dipahami dengan istilah tanam
paksa pada tahun 1830. Beleid itu berbunyi: semua tanah di negeri Hindia
Belanda adalah milik Raja atau pemerintah kolonial, Sehingga semua rakyat
yang mendiaminya wajib membayar pajak tanah sebesar 2/5 hasil buminya.
Selain hal tersebut di atas, masih ada berbagai aturan yang
menyengsarakan kaum petani saat itu, seperti keharusan menanam sepertiga
luas tanah yang dimiliki dengan tanaman-tanaman ekspor tembakau, selain
seperti kopi, teh, tebu dan nira. Seluruh hasil panennya harus diserahkan
kepada pemerintah kolonial. Dalam waktu singkat perkebunan-perkebunan
tembakau merebak di beberapa wilayah di pulau Jawa bagian barat seperti di
wilayah Bogor, Priangan, dan Cirebon. Sedangkan di bagian timur pulau
berada di Kediri, Madiun, Surabaya dan Madura. Di luar pulau Jawa,
tembakau ekspor juga ditanam di Ternate, kepulauan Kei, Makian, Buru,
Seram, Ambon Saparua dan pulau Bali yang dalam kurun waktu dua puluh
tahun kemudian pada 1850 menjadi lahan eksportir tembakau utama.
Budidaya tembakau cukup berhasil dipaksakan di Klaten, Jember, Besuki
dan terutama di Rembang. Bibit dari luar negeri seperti jenis Havana dan
Maryland untuk ekspor ke Eropa berhasil ditanam di Distrik Jetis (sekarang
Muntilan dan Temanggung) dan Probolinggo. Namun uniknya, perkebunan
tembakau terbaik di dunia berorientasi ekspor berhasil dilakukan di Deli,
Sumatera Utara setelah tanam Paksa berakhir pada tahun 1863. Tembakau
telah menjadi sumber utama pendapatan pemerintah Hindia Belanda pada
akhir abad ke 19. Pada abad selanjutnya yaitu abad ke 20 dan awal abad ke
21 ini, praktis, hasil perkebunan tembakau di Indonesia hanya cukup untuk
kebutuhan domestik, yaitu industri rokok kretek!
4.3. Pasang Surut Cengkeh, Saus Utama Kretek
Cengkeh (syzygium Aromaticum) sebagai rempah utama yang
menjadikan rokok kretek berbeda dengan rokok putih, adalah tanaman asli
nusantara yang telah merubah sejarah peradaban dunia. Cengkeh telah
dikenal ribuan tahun sebelum masehi pada masa kerajaan Romawi Kuno,
sebagai bahan berkhasiat bagi kesehatan seperti pengawet makanan serta
sebagai bahan bagi terapi bagi penyakit jantung telah berniai ekonomis
tinggi. Hal ini kemudian yang mendorong Vasco Da Gama, penjelajah
legendaris dari Portugis mengelilingi dunia untuk menemukannya dan
36

