Page 46 - Ekspedisi Cengkeh
P. 46
pula tradisi beupuk (mandi uap), perlakuan khusus untuk ANDY SENO AJI
pemulihan tubuh perempuan pasca-melahirkan. Mandi ini
menggunakan sarung sebagai penangkup dan penangkap uap
air yang ditaburi bebijian cengkeh agar tetap mengenai badan
si perempuan. Cara yang hampir sama dilakukan bagi penderita
malaria. Bedanya, uapnya dihirup oleh si penderita.
Selain mendapat tempat dalam dunia pengobatan tradisional,
daun cengkeh pun tetap bernilai, kendati harganya sangat murah.
Menurut Ricko, entah akan dijadikan apa, tapi daun cengkeh yang
dikeringkan dulu dihargai Rp 1.000/kg. “Satu karung paling banyak
naik sampai 5 kilo,” terangnya.
Panen cengkeh di Saparua banyak memunculkan cerita. Ketika
terpal plastik belum dikenal, alas jemur yang dipakai warga setempat
merupakan produk yang dibawa orang-orang Buton yang berlayar
mengarungi Laut Banda dari Sulawesi Tenggara untuk menjual tikar
daun pandan. Orang Saparua, kata Ricko, kalau sudah panen tidak
minum sopi (arak lokal yang disuling dari nira kelapa), tapi mereka
membeli dan menenggak berbotol-botol bir.
Sopi merupakan minuman beralkohol hasil penyulingan sadapan
rambu (jantung) pohon mayang (palem nira). Minuman itu kini
dihargai mahal, dikirim sampai ke Papua. Tak mengherankan jika
minuman tersebut kemudian menjadi komoditas baru yang pelan-
pelan menggantikan gula merah. Menurut Ricko, membuat sopi
mudah dan dan harga jualnya lebih mahal ketimbang gula aren,
karena dapat dibuat dalam waktu lebih singkat (sehari saja) dan
bahan produksi (kayu bakar) jauh lebih sedikit.
Sebagai produk lokal, cengkeh dan sopi pun bisa dipadukan.
Hasilnya, bukan sopi biasa, tetapi sopi ‘istimewa’ yang harum
oleh aroma butir-butir cengkeh dan pala. Caranya, masukkan lima
butir cengkeh dan tumbukan pala halus secukupnya di dalam satu
liter sopi. “Konon, banyak orang menggunakannya sebagai obat
pembuang angin sebelum makan, biar lebih lahap,” jelas Ricko.
Rupanya, sejak lama pula orang-orang Saparua sudah mengenal
rokok kretek. Meski belum bisa dilacak kapan tepatnya, tapi menurut
kabar, bila panen tiba, para perokok mencampur serbuk bunga
cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau. “Kata orang,
rasanya nikmat, seperti ada mint-nya,” tambah Ricko.
***
18 | EKSPEDISI CENGKEH
pemulihan tubuh perempuan pasca-melahirkan. Mandi ini
menggunakan sarung sebagai penangkup dan penangkap uap
air yang ditaburi bebijian cengkeh agar tetap mengenai badan
si perempuan. Cara yang hampir sama dilakukan bagi penderita
malaria. Bedanya, uapnya dihirup oleh si penderita.
Selain mendapat tempat dalam dunia pengobatan tradisional,
daun cengkeh pun tetap bernilai, kendati harganya sangat murah.
Menurut Ricko, entah akan dijadikan apa, tapi daun cengkeh yang
dikeringkan dulu dihargai Rp 1.000/kg. “Satu karung paling banyak
naik sampai 5 kilo,” terangnya.
Panen cengkeh di Saparua banyak memunculkan cerita. Ketika
terpal plastik belum dikenal, alas jemur yang dipakai warga setempat
merupakan produk yang dibawa orang-orang Buton yang berlayar
mengarungi Laut Banda dari Sulawesi Tenggara untuk menjual tikar
daun pandan. Orang Saparua, kata Ricko, kalau sudah panen tidak
minum sopi (arak lokal yang disuling dari nira kelapa), tapi mereka
membeli dan menenggak berbotol-botol bir.
Sopi merupakan minuman beralkohol hasil penyulingan sadapan
rambu (jantung) pohon mayang (palem nira). Minuman itu kini
dihargai mahal, dikirim sampai ke Papua. Tak mengherankan jika
minuman tersebut kemudian menjadi komoditas baru yang pelan-
pelan menggantikan gula merah. Menurut Ricko, membuat sopi
mudah dan dan harga jualnya lebih mahal ketimbang gula aren,
karena dapat dibuat dalam waktu lebih singkat (sehari saja) dan
bahan produksi (kayu bakar) jauh lebih sedikit.
Sebagai produk lokal, cengkeh dan sopi pun bisa dipadukan.
Hasilnya, bukan sopi biasa, tetapi sopi ‘istimewa’ yang harum
oleh aroma butir-butir cengkeh dan pala. Caranya, masukkan lima
butir cengkeh dan tumbukan pala halus secukupnya di dalam satu
liter sopi. “Konon, banyak orang menggunakannya sebagai obat
pembuang angin sebelum makan, biar lebih lahap,” jelas Ricko.
Rupanya, sejak lama pula orang-orang Saparua sudah mengenal
rokok kretek. Meski belum bisa dilacak kapan tepatnya, tapi menurut
kabar, bila panen tiba, para perokok mencampur serbuk bunga
cengkeh yang sudah dikeringkan dengan tembakau. “Kata orang,
rasanya nikmat, seperti ada mint-nya,” tambah Ricko.
***
18 | EKSPEDISI CENGKEH

