Page 41 - Ekspedisi Cengkeh
P. 41
N RINALDI Inggris, Portugis, Spanyol, dan para pedagang China selama ini
mendapatkan cengkeh dengan harga yang lebih murah. Kesepakatan
OPAN RINALDI dengan penguasa lokal pun dibuat yang mengharuskan mereka
menyerahkan seluruh hasil cengkeh hanya pada VOC. Imbalannya,
Belanda memberikan perlindungan militer dari serangan pihak lain.
Tindakan penguasaan itu termasuk pemusatan produksi cengkeh
hanya di pulau-pulau Ambon dan Lease. Armada laut diperkuat,
patroli rutin dilakukan. Dengan kapal kora-kora, pasukan Kompeni
berpatroli ke pulau-pulau menjaga komiditas utama ini tak
diselundupkan. Meriam ditembakkan, penduduk setempat melarikan
diri ke pedalaman, kemudian kebun-kebun cengkeh dibakar habis.
Sampai abad ke-18 monopoli atas cengkeh dan pala di Kepulauan
Rempah-Rempah sepenuhnya dikuasai oleh Belanda. Sampai,
akhirnya, seorang berkebangsaan Prancis, Pierre Poivre, dibantu
oleh juru tulisnya, M. Provost, berhasil menembus blokade
pertahanan Belanda. Pada 6 April 1770, Provost mendarat di
Pulau Gebe. Dia berhasil memikat hati kepala suku setempat yang
memerintahkan warganya mendatangkan bibit cengkeh dan pala dari
daerah Patani di daratan besar Halmahaera. Bibit cengkeh curian itu
diselundupkan, kemudian ditanam dan berkembang biak dengan baik
di koloni-koloni Perancis di Zanzibar, Madagaskar, dan Martinique.
Adapun bibit pala curian Provost berhasil ditanam dan berbuah pula
di Granada. Sejak saat itu, cengkeh dan pala tidak lagi menjadi milik

Beberapa warga
di dermaga
Bukubualawa
sepulang dari
Jailolo menjual
hasil panen
cengkeh. Di latar
belakang, tampak
di kejauhan
adalah Pulau Hiri
di utara Pulau
Ternate.

Pohon Warisan di Bukubualawa | 13
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46