Page 94 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 94
KRETEK Pusaka Nusantara

“Kan dua kali penen dalam dua tahun,

tahun pertama hasil panen sampai

sebelas juta dua ratus ribu rupiah, tahun

kemarin cuma empat juta rupiah. Melak

bako mulai duaribu genap, 2006.

Awalnya melihat orang, kelihatan untung,

berhasil, dan ikut-ikutan. Hasilnya tidak

sama, kadang-kadang merugi. Baru dua

tahun kelihatan hasilnya. Sejak 2006 baru

Bu Eje, petani tembakau Desa dua kali untungnya.”
Darmawangi Saat ini Pak Eje mengaku merokok

Gudang Garam Merah. Saat sakit, batuk-

batuk, pernah disuruh berhenti, tapi tidak mau. Misalnya ada larangan

merokok, Pak Eje masih tetap akan merokok, karena telah menjadi bagian

dari kebiasaan sehari-hari. Istrinya kerap melarang Eje untuk berhenti

merokok, tapi tetap tidak bisa. “Kalau dilarang merokok semua mungkin

bisa berhenti, mungkin ada untungnya kalau tidak merokok,” ujar Bu Eje.

Pak Eje juga mengaku selama

merokok tak pernah sakit karena

merokok. Rokok yang ia hisap

selama ini tak pernah membuatnya

sakit. Dalam satu hari ia bisa

menghabiskan setengah bungkus.

Artinya pengeluaran Pak Eje untuk

belanja rokok tak menjadi beban.

Tentang larangan merokok di Pak Eje, petani tembakau Desa
tempat-tempat tertentu, mereka Darmawangi

berdua tak terlalu

mempermasalahkan karena jarang

bepergian ke tempat-tempat umum. Sawah-ladang menjadi tempat mereka

beraktifitas sehari-hari. Ditanya soal pembatasan merokok, suami istri petani

tembakau itu merespon dengan tegas:

“Petani bako ngarasakan karugian, tiap tahun hasil dari bako,

terutama orang Tanjungsari. Kalau petani tak menanam tembakau, bahkan

kalau petani tambakau beralih ke tanaman pangan, padi, tetap akan merugi,

85
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99