Page 27 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 27
TEK Pusaka Nusantara
ia terlibat dalam hubungan sosial tetentu. Dari perspektif sosiologi, seorang
individu terlihat bukan sebagai pribadi yang utuh (dengan ciri psikologis
yang unik) tetapi sebagai abstrak atau sebagai ”sekeping pribadi”, satu
dimensi. Perspektif sosiologi melihat individu sebagai: (1) Seorang aktor
dalam tindakan sosial yang ditujukan kepada orang lain atau yang
ditimbulkan oleh reaksi orang lain; (2) mitra dalam interaksi sosial; (3)
partisipan dalam hubungan sosial; (4) anggota kelompok; (5) pemegang
posisi sosial tetentu; (6) pelaksana peran sosial. Bagi sosiologi, masalah sifat
manusia menyangkut ciri-ciri manusia dalam kapasitas sepihak selaku aktor,
mitra, partisipan, anggota, pemegang atau pelaksana, dan hanya dalam
kapasitas itu (Sztompka, 2004: 191).
Prinsip tindakan merupakan inti baku yang penting yang
memunculkan perilaku sistemik yang berbeda—yakni, fenomena sosial yang
berbeda—ketika berlokasi dalam konteks sosial yang juga berbeda dan
ketika bermacam-macam tindakan seseorang bergabung dalam berbagai
cara. Teori sosial, sebagai teori yang berbeda dari teori psikologi, terdiri dari
teori tentang penyusunan bermacam aturan di mana sekelompok orang
bertindak di dalamnya, bisa dipahami dengan membayangkan jenis
permainan sosial yang kadang digunakan dalam pendidikan. Permainan
tersebut terdiri dari hal yang berikut ini:
a. Sejumlah peran dimainkan oleh para pemain, masing-masing peran
menunjukkan kepentingan atau tujuan si pemain.
b. Peraturan (norma) tentang jenis-jenis tindakan yang diperbolehkan
bagi pemain-pemain dalam tiap peran, dan juga urutan pemain.
c. Peraturan yang menetapkan konsekuensi dari tindakan masing-masing
pemain terhadap pemain lain di dalam permainan.
Dengan struktur seperti ini satu-satunya tindakan yang terjadi di
tingkat pelaku perseorangan, dan di tingkat sistem hanya mengemuka
sebagai sifat baru yang mencirikan sistem secara keseluruhan (Coleman,
2011:14).
Dapat disimpulkan bahwa dalam menjaga kelangsungan hidupnya
manusia berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan mendasar mencakup kebutuhan dasar biologis, kebutuhan sosial
dan kebutuhan kejiwaan (integratif). Kebutuhan dasar biologis, seperti
18
ia terlibat dalam hubungan sosial tetentu. Dari perspektif sosiologi, seorang
individu terlihat bukan sebagai pribadi yang utuh (dengan ciri psikologis
yang unik) tetapi sebagai abstrak atau sebagai ”sekeping pribadi”, satu
dimensi. Perspektif sosiologi melihat individu sebagai: (1) Seorang aktor
dalam tindakan sosial yang ditujukan kepada orang lain atau yang
ditimbulkan oleh reaksi orang lain; (2) mitra dalam interaksi sosial; (3)
partisipan dalam hubungan sosial; (4) anggota kelompok; (5) pemegang
posisi sosial tetentu; (6) pelaksana peran sosial. Bagi sosiologi, masalah sifat
manusia menyangkut ciri-ciri manusia dalam kapasitas sepihak selaku aktor,
mitra, partisipan, anggota, pemegang atau pelaksana, dan hanya dalam
kapasitas itu (Sztompka, 2004: 191).
Prinsip tindakan merupakan inti baku yang penting yang
memunculkan perilaku sistemik yang berbeda—yakni, fenomena sosial yang
berbeda—ketika berlokasi dalam konteks sosial yang juga berbeda dan
ketika bermacam-macam tindakan seseorang bergabung dalam berbagai
cara. Teori sosial, sebagai teori yang berbeda dari teori psikologi, terdiri dari
teori tentang penyusunan bermacam aturan di mana sekelompok orang
bertindak di dalamnya, bisa dipahami dengan membayangkan jenis
permainan sosial yang kadang digunakan dalam pendidikan. Permainan
tersebut terdiri dari hal yang berikut ini:
a. Sejumlah peran dimainkan oleh para pemain, masing-masing peran
menunjukkan kepentingan atau tujuan si pemain.
b. Peraturan (norma) tentang jenis-jenis tindakan yang diperbolehkan
bagi pemain-pemain dalam tiap peran, dan juga urutan pemain.
c. Peraturan yang menetapkan konsekuensi dari tindakan masing-masing
pemain terhadap pemain lain di dalam permainan.
Dengan struktur seperti ini satu-satunya tindakan yang terjadi di
tingkat pelaku perseorangan, dan di tingkat sistem hanya mengemuka
sebagai sifat baru yang mencirikan sistem secara keseluruhan (Coleman,
2011:14).
Dapat disimpulkan bahwa dalam menjaga kelangsungan hidupnya
manusia berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan mendasar mencakup kebutuhan dasar biologis, kebutuhan sosial
dan kebutuhan kejiwaan (integratif). Kebutuhan dasar biologis, seperti
18

