Page 56 - Ekspedisi Cengkeh
P. 56
tan. Jika ombak ganas, kapal kami singgah di Pulau Masalembo—
dekat Madura, atau kami singgah di Pulau Marapantua—Kalimantan
Selatan. Jadi surganya pelaut adalah saat ombak teduh,” ujar Abbas.

Tapi pernah juga kejadian kapal mereka hanyut di lautan selama
sembilan hari. Akhirnya saat ombak agak teduh, mereka singgah
berlabuh di Bawean. Saat pertama kali melaut, Abbas masih mabuk.
Oleh juragan kapalnya yang orang Bugis, ia dianjurkan untuk makan
jantung ikan tuna hidup dan mandi air laut. Setelah melakukan
anjuran itu, Abbas tak lagi mabuk.

Dalam sekali panen cengkeh, ada sekitar tujuh hingga sepuluh
kapal yang melayarkan cengkeh ke pelabuhan Tanjung Perak. “Tapi
tak hanya cengkeh, melainkan kopra, pala dan cokelat juga ikut,”
tambahnya. Pulangnya kapal-kapal pengangkut barang ini akan
membawa pulang gula, besi dan beras.

Abbas pernah bekerja di kapal milik orang Tionghoa. Di kapal itu dia
bekerja dengan pelaut-pelaut Banjar, Bugis, dan Batak. Sebagai juru
minyak, lelaki berusia 47 tahun itu digaji sebesar 60 ribu per bulan.
Ini besaran upah pada tahun 1989.

Sebelum melaut, Abbas seorang pemain sepak bola di Klub Persatuan
Sepak Bola Hizbul Watan (PSHW). Namun, di tahun 1989, ia gantung
sepatu karena diminta sepupunya bekerja sebagai juru minyak di
kapal. Laut kemudian menjadi akrab baginya ketimbang lapangan
rumput. Namun seakrab-akrabnya laut, ada juga kesepiannya.

“Hiburan kami selama berhari-hari di lautan adalah mendengar
nyanyian para pelaut Sanger. Pelaut Sanger senang bernyanyi,” ujar
Abbas.

Menurut Syafrudin K (41 tahun) --pekerja sosial di Yayasan Bone
Bula Donggala-- tahuan 1980-an, pelabuhan Donggala menjadi jalur
dagang cengkeh menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Orang-orang
Mamuju Utara ikut menggunakan jalur ini untuk perdagangan hasil
buminya, termasuk cengkeh. Hal ini karena jarak Mamuju Utara lebih
dekat ke Donggala ketimbang Sulawesi Selatan.

“Sejak dulu Donggala dikenal sebagai kota pebisnis-pebisnis tua,
komoditas cengkeh dari Banawa Selatan, Mamuju Utara, Rio Pakava
dan daerah Pantai Timur Sulawesi Tengah melewati pelabuhan
Donggala. Waktu itu, daerah-daerah ini belum punya jalur dagang
sendiri,” terang Syafrudin.

28 | EKSPEDISI CENGKEH
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61