Page 61 - Ekspedisi Cengkeh
P. 61
ekali ikut bersama para pekerja untuk membantu mematahkan
bunga cengkeh. Setiap kali ada pekerja yang tuntas mematahkan
bunga cengkeh hasil petikannya hari itu, maka dengan sigap tukang
catat membawa satu karung, satu buku, dan pulpen. Ia akan menakar
berapa liter yang didapatkan.

Pekerja itu dibayar Rp 3.500 per liter. Itu pun biasanya bisa naik
sampai Rp 4.000 per liter. Ini tergantung pada harga cengkeh di
pasaran. Askar (23), berkata, itu dilakukan untuk memotivasi para
pekerja. Askar sendiri adalah anak muda asal Soppeng. Sejak lulus
sekolah menengah atas, ia empat tahun menjadi pemetik cengkeh di
Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Tahun 2013 ini adalah tahun pertamanya
memetik cengkeh di Buntu Sawa. Ia sudah satu bulan memetik
cengkeh.

Kemampuan para pekerja memetik cengkeh bisa sampai 50 liter
sehari. Seorang perempuan asal Kendari yang baru seminggu lebih
menjadi pemetik cengkeh, sejak awal September, bisa mendapatkan
sampai 50 liter sehari.

Pekerja yang paling banyak berasal dari Soppeng, khususnya dari
Takkalala. Mengapa demikian? Karena pemilik lahan cengkeh adalah
orang Soppeng. Namanya La Baratang. Para pekerja ini, selain ada
yang datang sendiri, juga dijemput dari daerah asalnya. Bus penjemput
adalah milik pemilik lahan. Yang datang sendiri, akan digantikan
ongkos perjalanannya. Jika mereka pulang dalam jumlah banyak, akan
diantar sampai rumah mereka.

***

Mencari rumah La Baratang bisa dipastikan sangat mudah. Betapa
tidak, setiap orang yang tinggal di Buntu Sawa --bahkan juga di
desa-desa tetangganya-- akan langsung menunjuk ke balik bukit jika
ditanyakan di mana alamat rumah petani cengkeh itu.

La Baratang adalah pemilik lahan cengkeh yang lahannya semakin
luas. Jhon, salah seorang menantu La Baratang, mengatakan bahwa
keluarga mereka sama sekali tak tahu berapa luas lahan cengkeh milik
mertuanya. “Kami sebagai keluarga sama sekali tak pernah tahu persis
berapa luas lahan cengkeh milik bapak. Yang kami tahu berapa bukit
lahan cengkeh miliknya,” tutur Jhon sambil tertawa.

Jhon berkisah, awalnya La Baratang adalah ‘preman’. Ia pernah masuk
dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) di Soppeng. Ia memutuskan

Kisah La Baratang | 33
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66