Page 141 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 141
TEK Pusaka Nusantara
Daerah Jawa Tengah dengan
Kyai Haji Abdul Muhaimin
Interview dilakukan oleh field researcher (kiswondo) pada tanggal 22
Februari 2013 di Pondok Pesantren Putri Nurul Ummahat, Prenggan
Kotagedhe Yogyakarta. K.H. Abdul Muhaimin adalah pendiri dan pengasuh
Pondok Pesantren Putri Nurul Ummahat. Salah satu penggagas dan pendiri
Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Yogyakarta,
sampai sekarang banyak berkecimpung di dalam inisiatif kerukunan antar
umat beragama, selain juga malang melintang di kongres internasional
interfide antar umat beragama di Indonesia, Asia, bahkan internasional.
Sangat peduli pada isu-isu kerakyatan, ekonomi rakyat yang berkeadilan
sosial, Pluralisme dan Multikulturalisme.
Apakah Anda setuju kalau rokok kretek dan tradisi menanam
tembakau dianggap sebagai salah satu warisan budaya masyarakat dan
bangsa Indonesia, yang sudah berkembang lama dan masih terus hidup
hingga kini di dalam masyarakat Indonesia?
Ya saya setuju, karena itu menjadi kekayaan tradisi masyarakat bawah,
yang melibatkan sekian banyak petani di sentra-sentra pertanian tembakau
yang cukup kuat, sehingga itu perlu diberdayakan dan diadvokasi agar tidak
dilibas oleh jaringan kapitalisme global. Oleh karena, kita melihat secara
praksis banyak juga perusahaan rokok yang sudah diakuisisi jaringan modal
internasional, yang jelas itu nantinya akan menguasai pangsa pasar di
Indonesia. Itu adalah bagian dari usaha membunuh rakyat kecil secara
sistematis dan pelan-pelan.
Tadi sebelum interview Kyai sudah banyak bercerita tentang sejarah
tembakau, cerutu lalu rokok kretek ya? Apakah menurut Kyai rokok kretek
adalah budaya khas Indonesia yang telah menjadi heritage bangsa, begitu?
Ya. Istilah saya itu, kekayaan rokok kretek itu disamping yang ada
hanya di Indonesia, rokok kretek ini kekayaan indigenous, kecerdasan
bangsa Indonesia memanfaatkan kekayaan alam, baik itu tembakaunya
maupun rempah-rempahnya. Bahkan dahulu ada rokok klembak menyan
yang bungkusnya pakai klobot (kelopak semacam daun yang membungkus
jagung, yang direbus lalu dijemur kering dan dipotong-potong seperti paper
sigaret) atau daun kawung, itu kan sekarang sudah mati itu.
132
Daerah Jawa Tengah dengan
Kyai Haji Abdul Muhaimin
Interview dilakukan oleh field researcher (kiswondo) pada tanggal 22
Februari 2013 di Pondok Pesantren Putri Nurul Ummahat, Prenggan
Kotagedhe Yogyakarta. K.H. Abdul Muhaimin adalah pendiri dan pengasuh
Pondok Pesantren Putri Nurul Ummahat. Salah satu penggagas dan pendiri
Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Yogyakarta,
sampai sekarang banyak berkecimpung di dalam inisiatif kerukunan antar
umat beragama, selain juga malang melintang di kongres internasional
interfide antar umat beragama di Indonesia, Asia, bahkan internasional.
Sangat peduli pada isu-isu kerakyatan, ekonomi rakyat yang berkeadilan
sosial, Pluralisme dan Multikulturalisme.
Apakah Anda setuju kalau rokok kretek dan tradisi menanam
tembakau dianggap sebagai salah satu warisan budaya masyarakat dan
bangsa Indonesia, yang sudah berkembang lama dan masih terus hidup
hingga kini di dalam masyarakat Indonesia?
Ya saya setuju, karena itu menjadi kekayaan tradisi masyarakat bawah,
yang melibatkan sekian banyak petani di sentra-sentra pertanian tembakau
yang cukup kuat, sehingga itu perlu diberdayakan dan diadvokasi agar tidak
dilibas oleh jaringan kapitalisme global. Oleh karena, kita melihat secara
praksis banyak juga perusahaan rokok yang sudah diakuisisi jaringan modal
internasional, yang jelas itu nantinya akan menguasai pangsa pasar di
Indonesia. Itu adalah bagian dari usaha membunuh rakyat kecil secara
sistematis dan pelan-pelan.
Tadi sebelum interview Kyai sudah banyak bercerita tentang sejarah
tembakau, cerutu lalu rokok kretek ya? Apakah menurut Kyai rokok kretek
adalah budaya khas Indonesia yang telah menjadi heritage bangsa, begitu?
Ya. Istilah saya itu, kekayaan rokok kretek itu disamping yang ada
hanya di Indonesia, rokok kretek ini kekayaan indigenous, kecerdasan
bangsa Indonesia memanfaatkan kekayaan alam, baik itu tembakaunya
maupun rempah-rempahnya. Bahkan dahulu ada rokok klembak menyan
yang bungkusnya pakai klobot (kelopak semacam daun yang membungkus
jagung, yang direbus lalu dijemur kering dan dipotong-potong seperti paper
sigaret) atau daun kawung, itu kan sekarang sudah mati itu.
132

