Page 34 - Ekspedisi Cengkeh
P. 34
tanian --yang umumnya semakin berkurang jumlahnya dan kian
jadi minoritas di beberapa perguruan tinggi tersebut-- juga tak ada
yang mengaku berminat melakukan riset untuk menjadi pakar khusus
mengenai cengkeh di masa depan. Dibandingkan dengan berbagai
jenis tanaman perdagangan atau tanaman industri lainnya --terutama
kayu dan selama beberapa tahun juga kelapa sawit dan kakao-- riset-
riset ekosistem, agronomi, dan biokimia tentang cengkeh nyaris tak
pernah terdengar, termasuk riset pengembangan produk olahan dari
bahan baku cengkeh. Padahal, misalnya, kebutuhan zat eugenol dari
cengkeh --sebagai bahan baku untuk pengobatan dan penahan rasa
sakit-- sebagian besarnya masih diimpor. Bahkan, cengkehnya itu
sendiri, sampai sekarang pun, sebagiannya masih tetap diimpor.

Lebih ironis lagi adalah fakta bahwa hampir semua pemerintah daerah
penghasil cengkeh utama cenderung semakin mempersempit ruang
hidup tanaman yang justru pernah mengharumkan nama daerah
mereka. Dengan satu perkecualiaan di Sulawesi Utara, khususnya
wilayah Minahasa sebagai penghasil cengkeh terbesar sejak beberapa
tahun terakhir, luas lahan tanaman cengkeh semakin terancam oleh
konsesi-konsesi besar baru pertambangan dan perkebunan besar
kelapa sawit, terutama di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku
Utara, dan Maluku. Peneliti hukum dan sejarah Maluku Utara5 bahkan
dengan tegas mengakui bahwa pemerintah daerahnya belum pernah
mengeluarkan satu peraturan daerah pun, khusus untuk perlindungan
dan pelestarian tanaman cengkeh. Selain melupakan sejarah masa
lalu, pemerintah di daerah-daerah tersebut tak tergerak oleh fakta
bahwa ratusan ribu warga mereka, para petani lokal, sampai sekarang
pun masih sangat bergantung kehidupan dan kesejahteraannya
dari cengkeh. Salah satu ungkapan populer yang ditemui di mana-
mana pun di daerah itu adalah: “Anak saya bisa jadi sarjana karena
cengkeh...”. Atau, seperti kata Pak Tua Yan Kulinog, salah seorang
perintis pertama perkebunan cengkeh di pedalaman Minahasa: “Tahun
1977, hanya dengan 250 kilogram cengkeh, saya sudah membeli
mobil Datsun, sedan pertama di daerah ini waktu itu....”6

Lagi-lagi ironis. Tak banyak dari anak-anak yang dibesarkan oleh hasil
tanaman cengkeh orangtua mereka itu yang akhirnya memilih untuk

5 Dr. Sahril Muhammad, wawancara tanggal 16 September 2013, di Ternate.
6 Wawancara tanggal 5 September 2013, di Desa Wioi.

6 | EKSPEDISI CENGKEH
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39