Page 30 - Ekspedisi Cengkeh
P. 30
ak beberapa abad sebelum Masehi, adalah para saudagar Arab
--melalui Samudera Hindia melintasi Iskandariyah dan Laut Tengah--
serta para pedagang Cina --melalui jalur ‘Jalan Sutra’ melintasi Asia
Tengah dan Asia Barat-- yang membawa dan memperkenalkannya ke
daratan Eropa. Bandar-bandar besar Tyre di Yunani dan Venesia di
Italia menjadi pelabuhan utama rempah-rempah Maluku memasuki
kehidupan dan peradaban Eropa. Selain sebagai bumbu masakan,
rempah obat, dan ramuan wewangian, cengkeh dan pala juga
menjadi bahan utama pengawet bahan pangan.2 Inilah yang membuat
orang-orang Eropa untuk pertama kalinya dapat mengawetkan dan
menimbun makanan selama bermusim-musim. Prosa indah Blair
bersaudara menggambarkannya dengan sangat baik:
“Kemampuan menyimpan makanan lebih dari yang kami makan
sekaligus berarti kemampuan menjual dan membelinya dalam
jumlah besar --dan kota-kota dagang pun mekar. Perekonomian yang
dihasilkannya mengarahkan kami ke zaman Pencerahan dan kemudian
Revolusi Industri. Tak lama setelah kami menghirup aroma yang
sangat kuat dari Timur itu dan mengubah kimiawi makanan kami,
maka kami pun mampu melakukan lompatan besar dalam bidang
budaya dan seni.” (Blair & Blair, 2010; 30-31).
Bukan hanya membuat perekonomian dan perdagangan serta ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang, cengkeh dan pala bahkan
adalah faktor yang paling menentukan dalam kemunculan satu
babakan paling mengenaskan dalam sejarah politik dunia, yakni
zaman penjajahan (kolonialisme) Eropa, terutama atas-atas negeri-
negeri Asia Selatan, Timur dan Tenggara, termasuk Indonesia.
Tergerak oleh sahwat menguasai rempah-rempah yang menggiurkan
itu, bangsa-bangsa Eropa --terutama Portugis, Spanyol, Inggris,
dan Belanda-- pun menggelar ekspedisi-ekspedisi besar untuk
menemukan cengkeh dan pala langsung di tanah asalnya. Ketika
armada-armada mereka akhirnya mencapai perairan Kepulauan
Maluku, pada abad-16, perang pun tak terhindarkan. Mereka silih
2 Catatan-catatan para biarawan Fransiskan --yang disalin dan dikutip oleh
van Frassen-- bahkan menyebut cengkeh sebagai salah satu bahan utama
pengawet mumi para Fir’aun, penguasa Mesir Kuno. Beberapa pakar
sejarah dan arkeologi menyatakan bahwa rempah-rempah Maluku bahkan
sudah ditemukan artefaknya di Lembah Mesopotomia (wilayah Iraq dan
sekitarnya sekarang) pada 3.000 tahun sebelum Masehi. (lihat, antara lain:
Brierly, 1994).
2 | EKSPEDISI CENGKEH
--melalui Samudera Hindia melintasi Iskandariyah dan Laut Tengah--
serta para pedagang Cina --melalui jalur ‘Jalan Sutra’ melintasi Asia
Tengah dan Asia Barat-- yang membawa dan memperkenalkannya ke
daratan Eropa. Bandar-bandar besar Tyre di Yunani dan Venesia di
Italia menjadi pelabuhan utama rempah-rempah Maluku memasuki
kehidupan dan peradaban Eropa. Selain sebagai bumbu masakan,
rempah obat, dan ramuan wewangian, cengkeh dan pala juga
menjadi bahan utama pengawet bahan pangan.2 Inilah yang membuat
orang-orang Eropa untuk pertama kalinya dapat mengawetkan dan
menimbun makanan selama bermusim-musim. Prosa indah Blair
bersaudara menggambarkannya dengan sangat baik:
“Kemampuan menyimpan makanan lebih dari yang kami makan
sekaligus berarti kemampuan menjual dan membelinya dalam
jumlah besar --dan kota-kota dagang pun mekar. Perekonomian yang
dihasilkannya mengarahkan kami ke zaman Pencerahan dan kemudian
Revolusi Industri. Tak lama setelah kami menghirup aroma yang
sangat kuat dari Timur itu dan mengubah kimiawi makanan kami,
maka kami pun mampu melakukan lompatan besar dalam bidang
budaya dan seni.” (Blair & Blair, 2010; 30-31).
Bukan hanya membuat perekonomian dan perdagangan serta ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang, cengkeh dan pala bahkan
adalah faktor yang paling menentukan dalam kemunculan satu
babakan paling mengenaskan dalam sejarah politik dunia, yakni
zaman penjajahan (kolonialisme) Eropa, terutama atas-atas negeri-
negeri Asia Selatan, Timur dan Tenggara, termasuk Indonesia.
Tergerak oleh sahwat menguasai rempah-rempah yang menggiurkan
itu, bangsa-bangsa Eropa --terutama Portugis, Spanyol, Inggris,
dan Belanda-- pun menggelar ekspedisi-ekspedisi besar untuk
menemukan cengkeh dan pala langsung di tanah asalnya. Ketika
armada-armada mereka akhirnya mencapai perairan Kepulauan
Maluku, pada abad-16, perang pun tak terhindarkan. Mereka silih
2 Catatan-catatan para biarawan Fransiskan --yang disalin dan dikutip oleh
van Frassen-- bahkan menyebut cengkeh sebagai salah satu bahan utama
pengawet mumi para Fir’aun, penguasa Mesir Kuno. Beberapa pakar
sejarah dan arkeologi menyatakan bahwa rempah-rempah Maluku bahkan
sudah ditemukan artefaknya di Lembah Mesopotomia (wilayah Iraq dan
sekitarnya sekarang) pada 3.000 tahun sebelum Masehi. (lihat, antara lain:
Brierly, 1994).
2 | EKSPEDISI CENGKEH

