Page 13 - Ekspedisi Cengkeh
P. 13
uku, Makassar dan dituntaskan di Wakatobi.
Di sisi yang lain, saya harus membentuk tim ekspedisi. Saya mengajak
orang-orang yang pernah bekerjasama di beberapa proyek penelitian,
dan memadukan dengan beberapa anak muda. Bagi saya, setiap proyek
harus membuka kesempatan bagi orang-orang yang lebih muda untuk
ikut ambil bagian. Dengan cara itu mereka belajar secara langsung
dan menabung pengalaman. Begitulah saya dulu diberi kepercayaan
oleh para peneliti senior, begitu pula cara saya memberi kepercayaan
kepada mereka yang lebih muda.
Agustus adalah bulan tersibuk saya. Presentasi, rapat, menyusun
jadwal, komunikasi yang intens dengan anggota tim dan di sela-sela
itu harus membaca beberapa buku yang penting mengenai cengkeh.
Persis pada tanggal 1 September, seluruh tim dari berbagai tempat
dan beragam profesi sudah kumpul di Makassar. Inilah untuk pertama
kalinya kami bertemu secara langsung dalam formasi yang lengkap.
Sebelumnya, komunikasi dilakukan dengan email dan telepon. Hanya
tim dari Yogya saja yang seminggu bisa rapat sampai tiga kali. Namun
semua anggota tim sudah melakukan persiapan dengan cukup baik.
Kami hanya butuh waktu dua hari untuk bertemu, melakukan curah
gagasan yang belum sempat kami komunikasikan, mendetailkan
persiapan, menyusun jadwal final serta kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi di lapangan. Persiapan adalah hal yang penting. Namun
mencadangkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga di
dalam persiapan, merupakan hal yang tidak kalah penting.
Lalu inilah yang bisa kami hadirkan kepada publik: buku dan video
dokumenter dalam satu paket. Kehadiran paket ini merupakan
kerja keras semua anggota tim. Dari pagi sampai sore, anggota tim
bertualang, menyeberang dari satu pulau ke pulau lain, menyusur
kebun, mendaki bukit, menerobos hutan, melakukan pengamatan
dari dekat dan mengerjakan wawancara. Sebagian beruntung bisa
mendapatkan penginapan untuk istirahat jika malam tiba, sebagian lagi
harus dilakukan di kampung-kampung dan di atas kapal atau perahu.
Sebelum terlelap, mereka harus melakukan serangkaian kerja layaknya
para peneliti lapangan dalam gerak cepat: melakukan transkrip
wawancara, mensistematisasikan foto-foto dan video, menyusun
rincian jadwal keesokan harinya, begitu seterusnya. Anggota tim
lebih menyerupai gerombolan para gerilyawan-petualang. Di banyak
tempat, aliran listrik tidak menentu. Sistem komunikasi juga tidak
bisa diandalkan karena hampir semua tempat yang kami datangi tidak
PENGANTAR | ix
Di sisi yang lain, saya harus membentuk tim ekspedisi. Saya mengajak
orang-orang yang pernah bekerjasama di beberapa proyek penelitian,
dan memadukan dengan beberapa anak muda. Bagi saya, setiap proyek
harus membuka kesempatan bagi orang-orang yang lebih muda untuk
ikut ambil bagian. Dengan cara itu mereka belajar secara langsung
dan menabung pengalaman. Begitulah saya dulu diberi kepercayaan
oleh para peneliti senior, begitu pula cara saya memberi kepercayaan
kepada mereka yang lebih muda.
Agustus adalah bulan tersibuk saya. Presentasi, rapat, menyusun
jadwal, komunikasi yang intens dengan anggota tim dan di sela-sela
itu harus membaca beberapa buku yang penting mengenai cengkeh.
Persis pada tanggal 1 September, seluruh tim dari berbagai tempat
dan beragam profesi sudah kumpul di Makassar. Inilah untuk pertama
kalinya kami bertemu secara langsung dalam formasi yang lengkap.
Sebelumnya, komunikasi dilakukan dengan email dan telepon. Hanya
tim dari Yogya saja yang seminggu bisa rapat sampai tiga kali. Namun
semua anggota tim sudah melakukan persiapan dengan cukup baik.
Kami hanya butuh waktu dua hari untuk bertemu, melakukan curah
gagasan yang belum sempat kami komunikasikan, mendetailkan
persiapan, menyusun jadwal final serta kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi di lapangan. Persiapan adalah hal yang penting. Namun
mencadangkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga di
dalam persiapan, merupakan hal yang tidak kalah penting.
Lalu inilah yang bisa kami hadirkan kepada publik: buku dan video
dokumenter dalam satu paket. Kehadiran paket ini merupakan
kerja keras semua anggota tim. Dari pagi sampai sore, anggota tim
bertualang, menyeberang dari satu pulau ke pulau lain, menyusur
kebun, mendaki bukit, menerobos hutan, melakukan pengamatan
dari dekat dan mengerjakan wawancara. Sebagian beruntung bisa
mendapatkan penginapan untuk istirahat jika malam tiba, sebagian lagi
harus dilakukan di kampung-kampung dan di atas kapal atau perahu.
Sebelum terlelap, mereka harus melakukan serangkaian kerja layaknya
para peneliti lapangan dalam gerak cepat: melakukan transkrip
wawancara, mensistematisasikan foto-foto dan video, menyusun
rincian jadwal keesokan harinya, begitu seterusnya. Anggota tim
lebih menyerupai gerombolan para gerilyawan-petualang. Di banyak
tempat, aliran listrik tidak menentu. Sistem komunikasi juga tidak
bisa diandalkan karena hampir semua tempat yang kami datangi tidak
PENGANTAR | ix

