Page 78 - Ekspedisi Cengkeh
P. 78
Hidup kami di Serua sehat, Nyong. Kami tidak pernah dapat ANDY SENO AJI
penyakit. Kami tidak pernah makan babi di sana. Kami juga tidak
piara karena bisa rusak tanaman. Di sana cuma ikan segar dan ayam.
Kami juga tidak makan gula. Gula kami dapatkan dari mangga atau
lemon, jeruk manis. Kami juga menyaring air hujan menggunakan
belerang dan bisa langsung diminum,” terang Rasina.
Seorang pensiunan Dinas Kesehatan Maluku Tengah, Hasib
Muhammad (58) menceritakan pengalamannya bersentuhan antara
1978-1980 dengan para orang-orang ungsian TNS. Pak Hasib
mengaku berdagang sejak SMA. “Saya sering beli kacang ijo dan ikan
kaleng mereka. Biasanya berkarung-karung mereka bawa. Mereka
pasti bosan makan itu terus. Jadi jatah pemerintah mereka jual saja,”
terang Pak Hasib, perantau Bugis yang lari dari Makassar karena masa
kacau Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Kedatangan Rasina dan Ruland bersama 500-an keluarga itu
merupakan satu dari dua gelombang kedatangan 1.120 keluarga
penduduk Serua, satu dari tiga pulau yang dikosongkan oleh
pemerintah pada tahun 1978 karena alasan gunung berapi bawah laut.
Dua pulau lain yang juga harus ditinggalkan penghuninya adalah

Ruland Steven Melay dan Rasina Ester Melay, suami
istri yang dipindahkan pemerintah dari Pulau Serua ke
Pulau Seram pada akhir dasawarsa 1970-an. Ruland
kini Raja Negeri (Kepala Desa) Lesluru.

50 | EKSPEDISI CENGKEH
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83