Page 55 - Membunuh Indonesia
P. 55
TEK MEMBUNUH INDONESIA
Yang Tanggal dan Tinggal dalam
Ingatan Kebudayaan

seorang laki-laki Jawa menghabiskan sejumlah uang yang cukup besar
untuk konsumsi tembakau dengan ilustrasi berikut:

“Seorang laki-laki yang tidak mempunyai istri bisa hidup dengan dua
belas ‘duit’ sehari. Tanpa perlu memperhatikan makan daging dan ikan,
ia menggunakan dua belas duit itu untuk keperluan sebagai berikut: tiga
duit untuk membeli sirih dan tembakau. Tiga duit lagi untuk membeli
nasi, garam dan tempe, yang digoreng dan dimakan seperti ikan. Enam
duit selebihnya untuk membeli beras. Jika orang yang bersangkutan
tidak makan sirih, ia menggunakan tiga duit dari uang belanjanya se-
mata-mata untuk membeli tembakau, yang dipakai sebagai bahan untuk
merokok dengan menggunakan selembar kulit jagung yang telah dikupas
dan dikeringkan. Kulit jagung semacam ini disebut ‘klobot’. Dengan
demikian jatah uang rokok seorang bujangan pada waktu itu lebih
kurang dua puluh lima persen dari jumlah keseluruhan uang belanja se-
hari-hari yang dikeluarkannya.”16

Dari pembacaan atas ringkasan sejarah di atas, sekurang-kurangnya
dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok yang diperkenalkan oleh
Belanda dipopulerkan mula-mula oleh lingkungan kerajaan, sebelum
akhirnya menjadi bagian dari budaya masyarakat kebanyakan dan telah
menjadi kebiasaan yang berakar kuat pada awal abad XIX.

Di kurun yang kurang lebih sama, beberapa bulan setelah catatan J.W.
Winter berakhir, pemberontakan seorang pangeran Mataram, yang lebih
dikenal dengan nama Pangeran Diponegoro, pecah di Jawa. Setelah VOC
bangkrut dan dilikuidasi di tahun 1799, ganti perekonomian pemerintah
Belanda diobrak-abrik. Kerugian ini pada akhirnya membawa Johannes
van den Bosch ke HIndia Belanda untuk menerapkan sebuah sistem
baru di Jawa, yakni apa yang kita kenal dengan Cultuurstelsel atau Tanam
Paksa.

16 Budiman, Onghokham, op. cit, hal. 87. 39
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60