Page 157 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 157
TEK Pusaka Nusantara
Lombok bahkan dikenal istilah MAKO untuk menyebut istilah tembakau
bagi masyarakat Sasak yang menggambarkan betapa lekatnya tradisi
merokok dikalangan masyarakat suku Sasak maupun Hindu sebagai salah
satu entitas yg hidup bersama.
Selain itu di masyarakat suku Sasak dan Hindu dikenal istilah
tembakau senang yang dimitoskan sebagai produk tembakau nomor satu
karena memiliki cita rasa yang nikmat. “ Belum sempurna nikmatnya
merokok jika belum mencoba tembakau SENANG. Setidanya begitulah
ungkapan mereka yang pernah mencoba menghisap tembakau yang satu ini,”
Ungkap Gede Wenten sembari mengatakan tembakau SENANG memang
menjadi buah bibir penikmat kretek di Lombok bahkan dari luar Lombok .
Tembakau SENANG sulit di dapat dipasaran dan harganya mahal.
Satu tumpi atau sekitar setengah kilo gram dijual 150 – 200 ribu. Kalau
dicari dipasar-pasar tradisional kemungkinan tidak ada. “Lalu kemana kita
mendapatkan tembakau SENANG ,” kata Gede Wenten. Selanjutnya
Wenten menjelaskan bertandanglah ke Desa Suntalangu Kecamatan Suela
Lombok Timur, persisinya dikampung Senang disanalah tembakau
SENANG bisa ditemui. Jumlahnya memang tak banyak dari sekitar 1500
warga Desa Suntalangu yang menjadi petani tak sampai separuhnya yang
menanam tembakau Senang. Umumnya mereka menanam jenis tembakau
rakyat yang mudah dan murah. Semisal tembakau Kasturi , tembakau
Kuning jenis Escort atau Varoka dan tembakau Hitam yang harganya rata2
berkisar Rp 10 – 60 ribu setiap tumpi.
Desa Suntalangu memang beda, ketika desa-desa lainnya banyak
menanam tembakau Virginia, justru di Suntalangu tak ada yang
menanamnya. Tak jelas benar mengapa begitu, yang pasti desa di ujung
timur Lombok Timur itu terkenal dengan sebutan Semerbak Bau Tembakau
Senang. Biasanya pada musim panen tembakau, Agustus sampai Oktober
setiap tahunnya, sekitar 75 persen lahan persawahan di sana berubah fungsi
menjadi perkebunan tembakau.
Sudah lumrah jika kita dapati orang-orang di Lombok, terutama di
pedesaan kemana-mana membawa segenggam tembakau dengan dompet
bekas perhiasan ataupun kresek kecil yang dilengkapi kertas rokok dan
korek api. Mereka mahir memilin tembakau Rajangan yang disulut dengan
korek api bersumbu kapuk berminyak tanah. Asap yang mengpul
148
Lombok bahkan dikenal istilah MAKO untuk menyebut istilah tembakau
bagi masyarakat Sasak yang menggambarkan betapa lekatnya tradisi
merokok dikalangan masyarakat suku Sasak maupun Hindu sebagai salah
satu entitas yg hidup bersama.
Selain itu di masyarakat suku Sasak dan Hindu dikenal istilah
tembakau senang yang dimitoskan sebagai produk tembakau nomor satu
karena memiliki cita rasa yang nikmat. “ Belum sempurna nikmatnya
merokok jika belum mencoba tembakau SENANG. Setidanya begitulah
ungkapan mereka yang pernah mencoba menghisap tembakau yang satu ini,”
Ungkap Gede Wenten sembari mengatakan tembakau SENANG memang
menjadi buah bibir penikmat kretek di Lombok bahkan dari luar Lombok .
Tembakau SENANG sulit di dapat dipasaran dan harganya mahal.
Satu tumpi atau sekitar setengah kilo gram dijual 150 – 200 ribu. Kalau
dicari dipasar-pasar tradisional kemungkinan tidak ada. “Lalu kemana kita
mendapatkan tembakau SENANG ,” kata Gede Wenten. Selanjutnya
Wenten menjelaskan bertandanglah ke Desa Suntalangu Kecamatan Suela
Lombok Timur, persisinya dikampung Senang disanalah tembakau
SENANG bisa ditemui. Jumlahnya memang tak banyak dari sekitar 1500
warga Desa Suntalangu yang menjadi petani tak sampai separuhnya yang
menanam tembakau Senang. Umumnya mereka menanam jenis tembakau
rakyat yang mudah dan murah. Semisal tembakau Kasturi , tembakau
Kuning jenis Escort atau Varoka dan tembakau Hitam yang harganya rata2
berkisar Rp 10 – 60 ribu setiap tumpi.
Desa Suntalangu memang beda, ketika desa-desa lainnya banyak
menanam tembakau Virginia, justru di Suntalangu tak ada yang
menanamnya. Tak jelas benar mengapa begitu, yang pasti desa di ujung
timur Lombok Timur itu terkenal dengan sebutan Semerbak Bau Tembakau
Senang. Biasanya pada musim panen tembakau, Agustus sampai Oktober
setiap tahunnya, sekitar 75 persen lahan persawahan di sana berubah fungsi
menjadi perkebunan tembakau.
Sudah lumrah jika kita dapati orang-orang di Lombok, terutama di
pedesaan kemana-mana membawa segenggam tembakau dengan dompet
bekas perhiasan ataupun kresek kecil yang dilengkapi kertas rokok dan
korek api. Mereka mahir memilin tembakau Rajangan yang disulut dengan
korek api bersumbu kapuk berminyak tanah. Asap yang mengpul
148