Page 22 - Kretek: Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia
P. 22
Agus Salim, salah seorang “pendiri bangsa”,
mengebal-ngebulkan kreteknya dalam
sebuah perjamuan di istana Buckingham
ketika penobatan Elizabeth II sebagai
ratu Inggris. Aroma yang khas tercium
di ruang perjamuan sehingga
memancing salah seorang
hadirin bertanya, “Tuan sedang
menghisap apa itu?”
The Grand Oldman, begitu julukan
Agus Salim, langsung menjawab,
“Inilah yang membuat nenek
moyang Anda sekian abad lalu
datang dan kemudian menjajah
negeri kami.”
Agus Salim berkata jitu karena
kretek memang tak lain adalah
cengkeh (Syzygium aromaticum),
tanaman rempah legendaris yang
menjadi sumber kolonialisme Eropa
atas Asia, termasuk Indonesia,
negeri kepulauan asal tanaman ini.

Pendirian Vereenigde Oost- Gubenur Jenderal VOC, Jan Haji Djamhari di Kudus
Indische Compagnie (VOC) Pieterszoon Coen, memerintahkan menemukan kegunaan baru
sebagai pemegang hak monopoli pembumihangusan cengkeh dan pala cengkeh sebagai campuran rokok,
serta hak eksklusif dan semacam kecuali di Ambon dan Leasse demi dan terciptalah produk khas
kedaulatan dari Kerajaan Belanda. menjaga harga. Harga 1 pon cengkeh dan asli Indonesia, kretek!
Penemuan Haji Djamhari itu
1602 sebanding dengan 7 ons emas. berhasil mengembalikan cengkeh
Pundi-pundi uang dari cengkeh me- sebagai komoditas berharga.
ngalir deras ke kas kerajaan Belanda
selama lebih satu setengah abad. 1880

1627

1596 1607 1770

Armada Vereenigde Oost-Indische Compagnie Pierre Poivre, seorang berkebangsaan
Cornelis de Houtman (VOC) memegang hak monopoli atas Perancis, dibantu juru tulisnya M. Provost
berlabuh di Banten, berhasil menembus blokade pertahanan
cengkeh. Belanda dan membawa cengkeh keluar,
barat laut Jawa.
lalu membudidayakan di Zanzibar.
Cengkeh dari Nusantara sebagai komodi-
tas perdagangan meredup untuk jangka

waktu panjang.

21
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27