Page 87 - Kretek Pusaka Nusantara
P. 87
TEK Pusaka Nusantara
Tabel 5.39 | Rokok dan beban keuangan keluarga –Kategori pendidikan
responden.
SD SMP SMA D3 Sarjana Jumlah
Ya 14 26% 12 41% 24 32% 10 50% 14 42% 74 35%
Tidak 40 74% 17 59% 50 68% 10 50% 19 58% 136 65%
54 100% 29 100% 74 100% 20 100 33 100% 210 100
% %
Besaran yang sama akan kita jumpai jika responden kita kategorikan
dalam kategori usia maupun kategori latar belakang pendidikan responden.
Data ini menepis anggapan yang berkembang selama ini, yang
menyatakan seolah-olah merokok membebani keuangan keluarga. Dalam
hubungan ini, ada tanggapan yang menarik dari beberapa responden, yang
mengatakan, jika dihitung dana untuk merokok, katakanlah Rp. 20.000,-
(dua puluh ribu rupiah) sehari, yang dalam setahun biaya merokok sebesar
Rp. 7.300.000,- (tujuh juta tiga ratus ribu rupiah). Kalau mereka bertanya
pada mereka yang tidak merokok, apakah dalam setahun mereka bisa
menabung sebesar tujuh juta tiga ratus ribu rupiah, jawabannya selalu tidak.
Dari sini, beberapa responden menyimpulkan, baik mereka merokok maupun
tidak, hasilnya sama saja, tidak “punya tabungan”. Kalau sama-sama tidak
punya tabungan sebesar itu, maka sesungguhnya merokok maupun tidak
merokok sama saja, sama-sama tidak membuat orang menjadi miskin atau
menjadi kaya. Bahkan ada beberapa responden yang menyatakan, kalau
mereka tidak merokok mereka akan lebih miskin, karena merokok
menambah semangat kerja, sementara kalau mereka tidak merokok mereka
akan kehilangan semangat kerja. Dengan kehilangan semangat kerja, dijamin
mereka akan menjadi lebih miskin, bukannya menjadi lebih kaya.
Kesimpulan
Masyarakat memandang rokok kretek sebagai tradisi maupun bagian
dari tradisi, khususnya ritual dan upacara adat masyarakat, sehingga mereka
merasa keberatan jika rokok kretek dihilangkan atau pemerintah melarang
rokok, khususnya rokok kretek, karena akan mengganggu tradisi,
mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya banyak upacara dan ritual
masyarakat. Namun demikian, dalam rangka toleransi dan penghormatan
78
Tabel 5.39 | Rokok dan beban keuangan keluarga –Kategori pendidikan
responden.
SD SMP SMA D3 Sarjana Jumlah
Ya 14 26% 12 41% 24 32% 10 50% 14 42% 74 35%
Tidak 40 74% 17 59% 50 68% 10 50% 19 58% 136 65%
54 100% 29 100% 74 100% 20 100 33 100% 210 100
% %
Besaran yang sama akan kita jumpai jika responden kita kategorikan
dalam kategori usia maupun kategori latar belakang pendidikan responden.
Data ini menepis anggapan yang berkembang selama ini, yang
menyatakan seolah-olah merokok membebani keuangan keluarga. Dalam
hubungan ini, ada tanggapan yang menarik dari beberapa responden, yang
mengatakan, jika dihitung dana untuk merokok, katakanlah Rp. 20.000,-
(dua puluh ribu rupiah) sehari, yang dalam setahun biaya merokok sebesar
Rp. 7.300.000,- (tujuh juta tiga ratus ribu rupiah). Kalau mereka bertanya
pada mereka yang tidak merokok, apakah dalam setahun mereka bisa
menabung sebesar tujuh juta tiga ratus ribu rupiah, jawabannya selalu tidak.
Dari sini, beberapa responden menyimpulkan, baik mereka merokok maupun
tidak, hasilnya sama saja, tidak “punya tabungan”. Kalau sama-sama tidak
punya tabungan sebesar itu, maka sesungguhnya merokok maupun tidak
merokok sama saja, sama-sama tidak membuat orang menjadi miskin atau
menjadi kaya. Bahkan ada beberapa responden yang menyatakan, kalau
mereka tidak merokok mereka akan lebih miskin, karena merokok
menambah semangat kerja, sementara kalau mereka tidak merokok mereka
akan kehilangan semangat kerja. Dengan kehilangan semangat kerja, dijamin
mereka akan menjadi lebih miskin, bukannya menjadi lebih kaya.
Kesimpulan
Masyarakat memandang rokok kretek sebagai tradisi maupun bagian
dari tradisi, khususnya ritual dan upacara adat masyarakat, sehingga mereka
merasa keberatan jika rokok kretek dihilangkan atau pemerintah melarang
rokok, khususnya rokok kretek, karena akan mengganggu tradisi,
mengakibatkan tidak dapat dilaksanakannya banyak upacara dan ritual
masyarakat. Namun demikian, dalam rangka toleransi dan penghormatan
78

