Page 78 - Membunuh Indonesia
P. 78
BUNUH INDONESIA KRETEK
Yang Tanggal dan Tinggal dalam
Ingatan Kebudayaan
Yang muncul paling belakangan adalah rokok ico, rokok khas Bugis,
Sulawesi Selatan. Ico mula-mula berupa gulungan tembakau kering,
sebelum Haji Palerei mencampur ico dengan saus gula merah (yang saat
itu masih diproduksi oleh banyak pembuat gula dari pohon aren) dan
membakarnya di dalam bambu (timpo). Cara menikmati tembakau hasil
kreativitas Haji Palerei ini dibuat di Wanua Barae pada 1970.
Tetapi di antara sekian rokok asli khasanah Nusantara, yang hingga
kini masih bertahan dan berkibar menjadi penguasa di negeri sendiri
adalah kretek, rokok cengkeh dari Kudus yang legendaris.
Sejarah Kretek, Peralihan Budaya
Ketimbang tembakau lintingan yang belakangan dikenal dengan sebut-
an kretek, masyarakat Nusantara mengenal sirih pinang lebih dulu.
Belum diketahui kapan sesungguhnya tradisi mengunyah sirih pinang
dimulai di Indonesia. Namun, berita akurat tertua mengenai pemakaian
buah pinang dan sirih baru muncul pada tahun 1346-1347, diberikan
oleh seorang musafir Arab terkenal bernama Ibnu Batuta. Ketika
mengunjungi kerajaan Samudra di Sumatera Utara, ia menyaksikan
upacara perkawinan putra Raja Samudra, Sultan Malik Al-Zahir. “Dalam
upacara perkawinan ini mempelai laki-laki dan perempuan telah duduk
di sebuah tempat yang ditinggikan. Mempelai laki-laki kemudian bangkit
berdiri, mencium kaki ayahnya. Selanjutnya mempelai perempuan
datang menghampiri suaminya, mencium tangannya. Setelah itu,
…keduanya saling menyuapkan buah pinang dan selembar daun sirih ke
mulut mereka masing-masing. Suatu adat resam yang hinga sekarang juga
masih terjumpai di kalangan masyarakat Melayu di Sumatera, dikenal
dengan istilah ‘pinang-meminang’.”40
Menginang memang menjadi bagian kebudayaan Nusantara dan
merupakan jenis narkose yang paling digemari, sebelum Belanda
memperkenalkan jenis tembakau lintingan dan berbagai produk
62 40 Budiman, Onghokham, op. cit., hal. 77.
Yang Tanggal dan Tinggal dalam
Ingatan Kebudayaan
Yang muncul paling belakangan adalah rokok ico, rokok khas Bugis,
Sulawesi Selatan. Ico mula-mula berupa gulungan tembakau kering,
sebelum Haji Palerei mencampur ico dengan saus gula merah (yang saat
itu masih diproduksi oleh banyak pembuat gula dari pohon aren) dan
membakarnya di dalam bambu (timpo). Cara menikmati tembakau hasil
kreativitas Haji Palerei ini dibuat di Wanua Barae pada 1970.
Tetapi di antara sekian rokok asli khasanah Nusantara, yang hingga
kini masih bertahan dan berkibar menjadi penguasa di negeri sendiri
adalah kretek, rokok cengkeh dari Kudus yang legendaris.
Sejarah Kretek, Peralihan Budaya
Ketimbang tembakau lintingan yang belakangan dikenal dengan sebut-
an kretek, masyarakat Nusantara mengenal sirih pinang lebih dulu.
Belum diketahui kapan sesungguhnya tradisi mengunyah sirih pinang
dimulai di Indonesia. Namun, berita akurat tertua mengenai pemakaian
buah pinang dan sirih baru muncul pada tahun 1346-1347, diberikan
oleh seorang musafir Arab terkenal bernama Ibnu Batuta. Ketika
mengunjungi kerajaan Samudra di Sumatera Utara, ia menyaksikan
upacara perkawinan putra Raja Samudra, Sultan Malik Al-Zahir. “Dalam
upacara perkawinan ini mempelai laki-laki dan perempuan telah duduk
di sebuah tempat yang ditinggikan. Mempelai laki-laki kemudian bangkit
berdiri, mencium kaki ayahnya. Selanjutnya mempelai perempuan
datang menghampiri suaminya, mencium tangannya. Setelah itu,
…keduanya saling menyuapkan buah pinang dan selembar daun sirih ke
mulut mereka masing-masing. Suatu adat resam yang hinga sekarang juga
masih terjumpai di kalangan masyarakat Melayu di Sumatera, dikenal
dengan istilah ‘pinang-meminang’.”40
Menginang memang menjadi bagian kebudayaan Nusantara dan
merupakan jenis narkose yang paling digemari, sebelum Belanda
memperkenalkan jenis tembakau lintingan dan berbagai produk
62 40 Budiman, Onghokham, op. cit., hal. 77.