Page 75 - Membunuh Indonesia
P. 75
TEK MEMBUNUH INDONESIA
Yang Tanggal dan Tinggal dalam
Ingatan Kebudayaan
pohon cengkeh di afdeling Ambon bertambah, yaitu dari 139.740 pohon
menjadi 144.442 pohon, sedangkan di afdeling Saparua dari 206.297
pohon menjadi 214.839 pohon. Perluasan tanaman cengkeh, walaupun
sedikit demi sedikit, dapat dikatakan sudah cukup berarti.37
Kenaikan ini layaknya dapat dikaitkan dengan munculnya rokok asli
Indonesia yang merupakan percampuran antara tembakau dan cengkeh,
dan mula-mula ditemukan (dan dengan segera menjadi produk yang
populer) di Jawa: kretek.
Rokok Asli Indonesia
“Orang-orang Indonesia pada masa itu (sekira tahun 1624—pen.)
mempunyai suatu kebiasaan untuk menggulung rokoknya sendiri, dengan cara
yang amat sederhana susunan maupun bentuknya. Oleh sebab itu rokok bagi
penduduk asli di Indonesia di zaman itu belum merupakan barang dagangan
yang menarik. Sesudah adanya usaha untuk mencampur tembakau dengan
berbagai rempah-rempah seperti cengkeh misalnya, atau damar dan akar-
akar wangi, bentuk kesederhanaan rokok itu mulai beralih ke arah barang
dagangan yang lebih berarti dan menguntungkan.”38
Sejak kebiasaan mengonsumsi rokok mula-mula diperkenalkan oleh 59
orang Belanda, diikuti pembesar di lingkungan kerajaan, dan akhirnya
menular ke masyarakat awam hingga saat ini, terdapat bermacam jenis
rokok asli Indonesia hasil kreativitas rakyat jelata untuk menikmati
tembakau dengan caranya yang khas. Selain kretek, sebutlah beberapa
di antaranya: rokok diko, klembak menyan, kelobot, rokok kawung, dan
ico dari Bugis.
37 Susilowati (1998), op. cit.
38 Solichin Salam, Kudus dan Sejarah Rokok Kretek, dalam J.A. Noertjahyo, “Sigaret Kretek, Tong-
gak Bangsa”, http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=20090326214811510 (diak-
ses tanggal 12 Mei 2011).
Yang Tanggal dan Tinggal dalam
Ingatan Kebudayaan
pohon cengkeh di afdeling Ambon bertambah, yaitu dari 139.740 pohon
menjadi 144.442 pohon, sedangkan di afdeling Saparua dari 206.297
pohon menjadi 214.839 pohon. Perluasan tanaman cengkeh, walaupun
sedikit demi sedikit, dapat dikatakan sudah cukup berarti.37
Kenaikan ini layaknya dapat dikaitkan dengan munculnya rokok asli
Indonesia yang merupakan percampuran antara tembakau dan cengkeh,
dan mula-mula ditemukan (dan dengan segera menjadi produk yang
populer) di Jawa: kretek.
Rokok Asli Indonesia
“Orang-orang Indonesia pada masa itu (sekira tahun 1624—pen.)
mempunyai suatu kebiasaan untuk menggulung rokoknya sendiri, dengan cara
yang amat sederhana susunan maupun bentuknya. Oleh sebab itu rokok bagi
penduduk asli di Indonesia di zaman itu belum merupakan barang dagangan
yang menarik. Sesudah adanya usaha untuk mencampur tembakau dengan
berbagai rempah-rempah seperti cengkeh misalnya, atau damar dan akar-
akar wangi, bentuk kesederhanaan rokok itu mulai beralih ke arah barang
dagangan yang lebih berarti dan menguntungkan.”38
Sejak kebiasaan mengonsumsi rokok mula-mula diperkenalkan oleh 59
orang Belanda, diikuti pembesar di lingkungan kerajaan, dan akhirnya
menular ke masyarakat awam hingga saat ini, terdapat bermacam jenis
rokok asli Indonesia hasil kreativitas rakyat jelata untuk menikmati
tembakau dengan caranya yang khas. Selain kretek, sebutlah beberapa
di antaranya: rokok diko, klembak menyan, kelobot, rokok kawung, dan
ico dari Bugis.
37 Susilowati (1998), op. cit.
38 Solichin Salam, Kudus dan Sejarah Rokok Kretek, dalam J.A. Noertjahyo, “Sigaret Kretek, Tong-
gak Bangsa”, http://heritageofjava.com/portal/article.php?story=20090326214811510 (diak-
ses tanggal 12 Mei 2011).