Page 3 - Membunuh Indonesia
P. 3
Sekarang budaya kretek sedang ditikam. Dan kalau pelan-pelan kebudaya-
an terbunuh, bisa dipastikan persekutuan kolonialis global semakin leluasa
membonsai Indonesia. Kita pun semakin dikerdilkan, dan semakin mudah
dipermainkan. Buku ini membekali wawasan dan pengetahuan kita untuk

terus melawan setiap upaya penghancuran kebudayaan lokal.”

—Butet Kertaradjasa, aktor

“Jika ingin menciptakan suatu tatanan baru dunia yang lebih adil, hal paling i
mendasar yang harus digempur adalah fa’al (anatomi) kemunafikan dalam
sistem politik, hukum, ekonomi, dan budaya internasional. Terlalu banyak
ukuran-ukuran ganda (double standard) etika dan moral, praktik-praktik
kerahasiaan (secrecy), pengistimewaan (privilege), pembeda-bedaan
(discrimination), dan persekongkolan jahat (conspiracy) dalam sistem yang
kita anut dan jalankan selama ini. Contoh paling mutakhir, dan belum
rampung, adalah kemandekan perjanjian internasional tentang produk-
produk pertanian dalam rangkaian perundingan Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO). Inti masalahnya hanyalah karena negara-negara industri
maju, dengan segala tipu-daya, berusaha mati-matian melindungi keber-
langsungan sektor pertanian mereka sambil, pada saat yang sama, memak-
sa negara-negara berkembang seperti Indonesia melucuti semua piranti

proteksi dan hambatan tarif perdagangan di sektor yang sama.
Meskipun memusatkan perhatian pada satu komoditas khas bernama
‘kretek’, buku ini sebenarnya mengungkap sejarah panjang dari kemunafikan
global tersebut yang mematikan banyak sekali komoditas rakyat di negeri
ini. Pengungkapan semacam ini sangat penting, karena memang masih
sangat jarang dikemukakan, terutama melalui pemberitaan media massa,
tetapi juga juga dalam pelajaran-pelajaran baku teori politik ekonomi di
lembaga-lembaga pendidikan formal. Buku ini akan sangat membantu
masyarakat awam memahami akar permasalahan di sebalik isu-isu neraca
   1   2   3   4   5   6   7   8