Page 31 - Kretek: Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia
P. 31
BERMULA DARI
“RAJA KRETEK” NITISEMITO
Seperempat abad sejak penemuan kretek oleh Haji Djamhari kretek
akhirnya menjelma industri besar yang dirintis Nitisemito di Kudus
pada awal 1900-an. Dia sempat berganti-ganti merek untuk produk
kreteknya, dari Kodok Mangan Ulo, Soempil, Djeroek hingga selan-
jutnya mantap menggunakan merek Tjap Bal Tiga pada 1916.
Saking terkenal nama Nitisemito yang mendapat julukan sebagai
“Raja Kretek” ini, namanya disebut Sukarno dalam pidato 1 Juni 1945.
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Nitisemito, Liem Seng Tee
mendirikan pabrik Dji Sam Soe dan Sampoerna di Surabaya.
Setelahnya, pada dekade tahun 1930-an berdiri pabrik Nojorono
yang didirikan oleh Ko Djee Song dan Tan Djing Thay.
Pabrik Nojorono ini membuat inovasi rokok tahan air yang sangat
populer bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pelaut dan nelayan.
Ada pula H.A. Ma’roef mendirikan pabrik Djambu Bol dan Mc. Wartono
mendirikan pabrik Sukun.
Pada pertengahan 1950-an, ketika produksi kretek mulai berkembang
pesat menjadi industri raksasa modern dengan munculnya beberapa
pabrik baru, antara lain, oleh Oei Wie Gwan mendirikan pabrik Djarum
di Kudus dan Tjoa Ing Hwie mendirikan pabrik Gudang Garam di Kediri.
Di samping itu terdapat pabrik rokok yang berskala industri rumah
tangga yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
30
“RAJA KRETEK” NITISEMITO
Seperempat abad sejak penemuan kretek oleh Haji Djamhari kretek
akhirnya menjelma industri besar yang dirintis Nitisemito di Kudus
pada awal 1900-an. Dia sempat berganti-ganti merek untuk produk
kreteknya, dari Kodok Mangan Ulo, Soempil, Djeroek hingga selan-
jutnya mantap menggunakan merek Tjap Bal Tiga pada 1916.
Saking terkenal nama Nitisemito yang mendapat julukan sebagai
“Raja Kretek” ini, namanya disebut Sukarno dalam pidato 1 Juni 1945.
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan Nitisemito, Liem Seng Tee
mendirikan pabrik Dji Sam Soe dan Sampoerna di Surabaya.
Setelahnya, pada dekade tahun 1930-an berdiri pabrik Nojorono
yang didirikan oleh Ko Djee Song dan Tan Djing Thay.
Pabrik Nojorono ini membuat inovasi rokok tahan air yang sangat
populer bagi masyarakat yang berprofesi sebagai pelaut dan nelayan.
Ada pula H.A. Ma’roef mendirikan pabrik Djambu Bol dan Mc. Wartono
mendirikan pabrik Sukun.
Pada pertengahan 1950-an, ketika produksi kretek mulai berkembang
pesat menjadi industri raksasa modern dengan munculnya beberapa
pabrik baru, antara lain, oleh Oei Wie Gwan mendirikan pabrik Djarum
di Kudus dan Tjoa Ing Hwie mendirikan pabrik Gudang Garam di Kediri.
Di samping itu terdapat pabrik rokok yang berskala industri rumah
tangga yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
30

