Page 23 - Opini Akademik
P. 23
Seseorang merokok tidak hanya dipengaruhi oleh suatu informasi
yang diterima dari iklan, promosi maupun sponsor, tetapi juga karena
dibentuk oleh lingkungan (keluarga ataupun masyarakat). Yang menjadi
tidak jelas (dan cenderung adanya generalisasi) adalah bahwa iklan,
promosi dan sponsor rokok penyebab utama meningkatnya prevalensi
anak-anak merokok. Apalagi iklan-iklan rokok itu memiliki kecerdasan
visual yang tidak mudah dicerna anak-anak, tidak eksplisit atau terang
benderang seperti iklan susu dan menyembunyikan makna yang harus
ditafsirkan khusus untuk segmen orang dewasa yang membutuhkan
upaya lebih untuk menafsirkan. Misalnya “how long can you go”, “go a
head”, “fine cute for fine taste”, dll.
Dalam hal perilaku atau kebiasaan merokok bagi anak-anak dan
kalangan remaja, sejatinya faktor lingkungan lebih berperan, ketimbang
iklan. Pengaruh lingkungan dimaksud adalah keluarga, bisa orang tua,
saudara kerabat, paman, dan seterusnya. Termasuk dalam hal ini pergaulan
teman-teman sebaya. Sementara itu, dalam lingkungan pergaulan teman
sebaya, merokok dicitrakan sebagai simbol pergaulan. Sampai kini masih
disebarkan anggapan (semu), bila remaja, khususnya laki-laki, dianggap
kurang “macho” bila tidak merokok. Dalam idiom remaja masa kini,
dianggap “kurang gaul” bila masih enggan menghisap sigaret.
Dari lingkungan keluarga, si anak meniru kebiasaan merokok, bahwa
merokok adalah hal yang biasa, bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan,
terkait masalah kesehatan. Yang paling utama, tidak ada larangan yang
tegas. Anak-anak dan remaja melihat generasi yang lebih tua, dalam
melakukan aktivitas apa pun, tidak lepas dari sebatang rokok. Bahkan
untuk aktivitas yang secara logika bertentangan, seperti olah raga, bermain
bulutangkis, namun tetap sambil menghisap rokok.
13
yang diterima dari iklan, promosi maupun sponsor, tetapi juga karena
dibentuk oleh lingkungan (keluarga ataupun masyarakat). Yang menjadi
tidak jelas (dan cenderung adanya generalisasi) adalah bahwa iklan,
promosi dan sponsor rokok penyebab utama meningkatnya prevalensi
anak-anak merokok. Apalagi iklan-iklan rokok itu memiliki kecerdasan
visual yang tidak mudah dicerna anak-anak, tidak eksplisit atau terang
benderang seperti iklan susu dan menyembunyikan makna yang harus
ditafsirkan khusus untuk segmen orang dewasa yang membutuhkan
upaya lebih untuk menafsirkan. Misalnya “how long can you go”, “go a
head”, “fine cute for fine taste”, dll.
Dalam hal perilaku atau kebiasaan merokok bagi anak-anak dan
kalangan remaja, sejatinya faktor lingkungan lebih berperan, ketimbang
iklan. Pengaruh lingkungan dimaksud adalah keluarga, bisa orang tua,
saudara kerabat, paman, dan seterusnya. Termasuk dalam hal ini pergaulan
teman-teman sebaya. Sementara itu, dalam lingkungan pergaulan teman
sebaya, merokok dicitrakan sebagai simbol pergaulan. Sampai kini masih
disebarkan anggapan (semu), bila remaja, khususnya laki-laki, dianggap
kurang “macho” bila tidak merokok. Dalam idiom remaja masa kini,
dianggap “kurang gaul” bila masih enggan menghisap sigaret.
Dari lingkungan keluarga, si anak meniru kebiasaan merokok, bahwa
merokok adalah hal yang biasa, bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan,
terkait masalah kesehatan. Yang paling utama, tidak ada larangan yang
tegas. Anak-anak dan remaja melihat generasi yang lebih tua, dalam
melakukan aktivitas apa pun, tidak lepas dari sebatang rokok. Bahkan
untuk aktivitas yang secara logika bertentangan, seperti olah raga, bermain
bulutangkis, namun tetap sambil menghisap rokok.
13

